Dalam jawabannya yang diberikan kepada Parlemen Inggris, Menteri Negara untuk Pembangunan Internasional Alistair Burt menegaskan bahwa uang pembayar pajak Inggris sebagian digunakan untuk mendanai upah sekitar 33.000 guru yang menggunakan kurikulum baru tersebut.
Awal pekan lalu, Burt mengatakan bahwa semua sekolah Palestina di Tepi Barat menggunakan kurikulum PA 2017 yang direvisi. Para pegawai negeri dan guru didanai Inggris.
Selain itu, dia menambahkan bahwa sekitar USD 24,6 juta dihabiskan untuk mendukung orang Palestina sepanjang tahun lalu saja.
Sementara itu, dimuat
Russia Today, materi studi dari sekolah-sekolah di Palestina dinilai mendorong anak-anak menuju kekerasan. Hal itu merujuk pada sebuah tinjauan oleh Institut untuk Pemantauan Perdamaian dan Toleransi Budaya dalam Pendidikan Sekolah (IMPACT-se) pada Oktober 2017 lalu.
Dikatakan program sekolah tidak hanya mengutuk Israel tetapi juga disediakan dasar pemikiran untuk perang.
"Kurikulum memberi tekanan pada pemuda Palestina untuk melakukan kekerasan dengan cara yang lebih luas dan canggih," begitu keterangan pihak IMPACT-se.
"Wacana ini ditulis dalam istilah kemartiran nasionalis dan religius, di seluruh sains, sastra, sejarah dan buku-buku pendidikan agama," sambungnya.
Laporan ini memberikan banyak ilustrasi yang mendukung klaim tersebut. Ini menggambarkan bagaimana kekerasan bahkan menembus buku pelajaran fisika.
[mel]
BERITA TERKAIT: