Dikutip dari Reuters, Sabtu 20 Desember 2025, pada penutupan perdagangan Jumat, harga minyak Brent naik 65 sen atau 1,1 persen menjadi 60,47 Dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) menguat 51 sen atau 0,9 persen ke level 56,66 Dolar AS per barel.
Meski naik harian, secara mingguan kedua acuan harga minyak ini masih turun sekitar 1 persen, setelah anjlok sekitar 4 persen pada pekan sebelumnya.
Analis menilai kenaikan harga ini masih terbatas karena pasar bersikap hati-hati. Menurut Ritterbusch and Associates, harga minyak bertahan sedikit di atas level terendah minggu ini sambil menunggu kejelasan arah perundingan damai Rusia-Ukraina serta dampak nyata dari kebijakan pemerintahan Presiden Donald Trump yang berniat memblokir kapal tanker Venezuela. “Pasar masih menunggu panduan lebih jelas dari perkembangan Ukraina-Rusia dan kabar terbaru dari Venezuela,” tulis mereka.
Dari sisi geopolitik, Trump mendorong upaya mengakhiri perang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. Namun, Uni Eropa malah memilih menyalurkan pinjaman sekitar 90 miliar Euro kepada Ukraina untuk membiayai pertahanan selama dua tahun ke depan, alih-alih menggunakan aset Rusia yang dibekukan. Menanggapi hal tersebut Presiden Rusia Vladimir Putin menolak kompromi dan menuduh Uni Eropa mencoba “merampok” aset Rusia.
Di sisi lain, Ukraina dilaporkan menyerang kapal tanker minyak Rusia yang tergolong “shadow fleet” di Laut Mediterania menggunakan drone, menandai eskalasi serangan terhadap pengiriman minyak Rusia.
Ketegangan juga meningkat di kawasan Karibia.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan Washington tidak khawatir akan eskalasi dengan Rusia terkait Venezuela, meski AS memperkuat kehadiran militernya di wilayah tersebut.
Venezuela, yang menyumbang sekitar 1 persen pasokan minyak global, tetap berupaya mengekspor minyak. Negara itu baru-baru ini mengizinkan dua pengiriman minyak yang tidak terkena sanksi berlayar ke China. Di saat yang sama, sebuah kapal tanker yang membawa sekitar 300 ribu barel nafta dari Rusia masuk ke perairan Venezuela, sementara beberapa kapal lain yang terkena sanksi dilaporkan mengubah rute atau menghentikan pelayaran.
Dari Amerika Serikat muncul kekhawatiran soal produksi minyak. Jumlah rig pengeboran di Permian Basin -- wilayah penghasil minyak terbesar AS -- turun tiga unit menjadi 246 rig, terendah sejak Agustus 2021. Penurunan jumlah rig ini sering dianggap sebagai sinyal awal bahwa produksi minyak AS berpotensi melemah ke depan.
BERITA TERKAIT: