Berpidato di Diplomatic Reception Room di Gedung Putih, kemarin Trump "menuding" kesehatan mental yang bermasalah sebagai penyebab dari penembakan brutal yang terjadi Rabu (14/2) waktu setempat itu. Sebelumnya, di Twitternya dia menyebut pelaku penembakan sebagai "orang sakit."
Trump menyebut, dirinya berkomitmen untuk bekerja sama dengan pemimpin negara bagian dan lokal untuk membantu sekolah dan membantu mengatasi masalah kesehatan mental yang sulit.
Akhir bulan ini, dia akan bertemu dengan para gubernur dan jaksa agung dan menjadikan sekolah dan keamanan akan-anak sebagai prioritas utamanya.
Dia kemudian mencoba menghibur anak-anak AS, terutama yang merasa tersesat, sendirian, bingung, atau bahkan takut, dengan menyebut, mereka tidak pernah sendirian. "Anda memiliki orang-orang yang peduli terhadap Anda, yang mencintai Anda dan seseorang yang akan melakukan sesuatu untuk melindungi Anda," tuturnya.
"Jika Anda memerlukan bantuan, berpaling ke guru, anggota keluarga, petugas polisi setempat atau pemimpin agama. Jawab kebencian dengan cinta, jawab kekejaman dengan kebaikan hati," imbuh pengusaha properti itu.
Selain memberikan pidato penghiburan, Trump juga menyampaikan ungkapan simbolis, memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di gedung-gedung pemerintahan AS, instalasi militer dan gedung kedutaan AS di berbagai negara.
Dia sama sekali tidak membahas aturan senjata api dalam pidatonya ini. Padahal, pelaku penembakan, Nikolas Cruz (19), yang membantai 17 orang dengan senapan serbu semiotomatis AR-15, membeli senjata itu secara legal dari agen senjata yang memiliki izin, Sunrise Tactical Supply, di Coral Springs, Florida.
Di Florida, tidak ada persyaratan bagi seseorang untuk mendapat izin memiliki pistol. Warga Florida juga boleh membawa senjata api secara tersembunyi tanpa izin, meskipun perlu izin untuk membawa pistol.
Sikap Trump yang menentang keras aturan untuk membatasi senjata api, membuatnya sulit menawarkan solusi dalam situasi saat ini. Trump diketahui menjadi Presiden pertama AS yang menjamu bos
The National Rifle Association of America (NRA), kelompok industri senjata api yang berpengaruh dalam perpolitikan AS, di Gedung Putih.
Trump bahkan pernah mengatakan kepada NRA; "Anda memiliki teman dekat dan pembela di Gedung Putih." Seperti yang ditunjukkan Trump dalam pidatonya, NRA kerap menyalahkan sisi personal pemegang senjata, terutama dari kesehatan mental.
Sebetulnya, presiden AS sebelumnya, Barack Obama pernah mencoba membatasi peredaran senjata pascaserangan mematikan di sebuah sekolah di Connecticut pada 2013. Sayangnya, upayanya gagal di Senat.
Tragedi SMA Marjory Stoneman adalah pembantaian ke-18 yang menimpa sekolah AS. Dan diyakini, jumlah itu akan terus bertambah selama aturan senjata api itu tidak diubah. ***
BERITA TERKAIT: