Guru Pendukung ISIS Di Inggris Kerap Tayangkan Video Propaganda Di Kelas

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Selasa, 06 Februari 2018, 07:38 WIB
Guru Pendukung ISIS Di Inggris Kerap Tayangkan Video Propaganda Di Kelas
ISIS/Net
rmol news logo Seorang guru di Inggris yang mengaku sebagai simpatisan kelompok militan ISIS kerap menayangkan video propaganda di kelas selama proses belajar-mengajar.

Hal itu terungkap dalam persidangan yang digelar di Old Bailey, London awal pekan ini.

Guru itu bernama Umar Haque dan berusia 25 tahun. Dia merupakan satu dari empat orang yang dituduh merencanakan satu atau lebih serangan teroris di Inggris. Mereka diduga telah mengidentifikasi landmark terkemuka di ibukota tersebut, termasuk Big Ben, Bandara Heathrow dan Gedung Parlemen untuk kampanye teror mereka.

Dalam persidangannya, Haque yang juga menghadapi tuduhan melatih anak-anak dalam terorisme di Masjid London timur mengatakan bahwa dia setuju untuk menunjukkan video propaganda ISIS di dalam kelas setelah ada permintaan dari salah satu siswanya.

Dia juga mengaku sebagai pendukung resmi ISIS saat ditanya soal penyimpanan majalah tentang grup tersebut.

Haque mengatakan bahwa dia menayangkan video propaganda di kelas untuk memberi anak-anak pandangan 'holistik' yang lebih dari ISIS.

"Selama pelajaran studi Islam saya, saya selalu akan memutar video yang sesuai dengan topik. Itu adalah akhir dari istilah. Yang paling berperilaku baik di kelas, saya katakan kepada mereka bahwa Anda dapat memilih sebuah video," begitu kata Haque di Pengadilan.

"Saya terkejut bahwa dia mengatakan 'Pak, saya ingin melihat video ISIS.' Saya mengatakannya saat itu juga. Ini jelas bukan ide bagus," kata Haque seperti dimuat Russia Today.

Pada awal persidangan, jaksa Mark Heywood QC mengatakan bahwa Haque telah memutuskan untuk melakukan satu atau lebih serangan kekerasan di negara ini, dengan orang lain jika dia bisa.

Penuntut mengatakan bahwa Haque terpesona oleh ideologi Islam yang ekstrem.

Heywood mengatakan bahwa rencana Haque diperluas ke perekrutan orang lain, terutama anak-anak muda berusia sekitar 11 sampai 14 tahun.

"Metodenya adalah untuk mengekspos mereka ke informasi dan rekaman video dan kemudian memilikinya, dalam kasus-kasus tertentu, memberlakukan skenario tindakan kekerasan terhadap polisi di negara ini dan negara-negara lain," ujarnya. [mel]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA