Kelompok aktivis termasuk koalisi Stop the War, Kampanye Melawan Perdagangan Senjata, dan Organisasi Hak Asasi Manusia Arab, menerbitkan sebuah surat terbuka pada hari Jumat (26/1) yang menuduh pewaris takhta Saudi mengawasi perang terhadap Yaman dan memperdalam krisis kemanusiaan di sana.
"(MbS) adalah anggota paling tua kedua dari rezim Saudi, yang memiliki salah satu catatan hak asasi manusia terburuk di dunia," begitu bunyi pernyataan bersama tersebut.
"Penyiksaan, penahanan sewenang-wenang, dan pelanggaran mengerikan lainnya didokumentasikan secara luas," sambung pernyataan tersebut.
Stephen Bell, salah satu aktivis yang memimpin kampanye untuk menghentikan kunjungan tersebut, mengatakan kepada
Al Jazeera bahwa Inggris seharusnya tidak meletakkan karpet merah untuk Mohammed Bin Salman.
"Sekitar 11 juta anak-anak Yaman berisiko terkena perang atau kolera, kelaparan yang disebabkan oleh blokade negara dan penghancuran infrastruktur," katanya.
"Semua ini berarti tidak cocok untuk mengundang seseorang yang memegang tanggung jawab utama untuk kelanjutan perang," sambunya.
Sejak intervensi militer pimpinan Saudi dimulai di Yaman pada bulan Maret 2015, negara termiskin di dunia Arab telah menemukan dirinya berada di ambang krisis kemanusiaan yang menghancurkan, dengan peringatan PBB akan kelaparan dan penyebaran penyakit yang meluas.
Lebih dari delapan juta orang tidak memiliki akses makanan yang memadai dan lebih dari satu juta orang menderita kolera.
[mel]
BERITA TERKAIT: