Venezuela Investigasi Mantan Menteri Minyak Pasca Bocornya Panama Paper

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Rabu, 13 Desember 2017, 09:30 WIB
Venezuela Investigasi Mantan Menteri Minyak Pasca Bocornya <i>Panama Paper</i>
Rafael Ramirez/BBC
rmol news logo Pihak berwenang Venezuela mengatakan bahwa mereka membuka penyelidikan korupsi ke salah satu tokoh politik paling berpengaruh di negara tersebut, yakni mantan menteri minyak Rafael Ramirez.

Ramirez mengelola perusahaan minyak negara, PDVSA, selama 12 tahun sampai 2014 lalu.

"Kami telah memutuskan untuk membuka penyelidikan kriminal Rafael Ramirez, mantan menteri minyak dan mantan presiden PDVSA," kata Kepala Jaksa Tarek Saab dalam pidato di televisi.

Dia mengatakan Makalah Panama, yang bocor tahun lalu, mengumpulkan informasi tentang Ramirez dan sepupunya Diego Salazar, yang ditangkap bulan ini.

Investigasi terhadap kegiatan Ramirez tampaknya merupakan bagian dari pembersihan korupsi di PDVSA. Enam puluh lima orang telah ditangkap di sana karena korupsi dalam beberapa bulan terakhir.

Minggu lalu dia dipecat dari jabatannya sebagai duta besar untuk PBB, dan meninggalkan Amerika Serikat ke negara lain yang dirahasiakan.

Ramirez yang terpilih sebagai kandidat presiden potensial dalam pemilihan tahun depan membantah telah melakukan kesalahan.

Dalam beberapa pekan terakhir, Rafael Ramirez secara umum mengkritik penanganan pemerintah Venezuela saat ini dalam krisis ekonomi yang mendalam yang mengatakan bahwa dia telah mengantisipasi hal itu namun diabaikan.

Di sebuah surat kabar, dia menulis: "Saya kecewa karena tidak ada kritik konstruktif yang diperbolehkan.

Antara tahun 2004 dan 2014 Ramirez menjadi wajah paling terlihat dari pemimpin sektoral sosialis Venezuela Hugo Chavez yang optimis yang mendorong kontrol negara atas industri ini.

Bilangan minyak pada periode itu sebagian besar membiayai program sosial yang memperkuat kekuatan Chavez.

Ramirez sangat dekat dengan Chavez dan berada di tangan pada saat-saat terakhir sebelum dia meninggal.

Tapi dia bentrok dengan penerus Chavez yang ditunjuk, Nicolás Maduro, dan ditunjuk sebagai menteri luar negeri dan kemudian dikirim ke New York sebagai duta besar Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Di sana profilnya diturunkan, meskipun dia dengan gigih membela Venezuela di PBB dari apa yang oleh administrasi Maduro dianggap "serangan" yang dipimpin oleh Amerika Serikat. [mel]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA