Begitu kata Menteri Luar negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier.
"Ini sebuah kekeliruan untuk berpikir bahwa saat ini (situasi) seperti Perang Dingin. Waktu saat ini berbeda dan lebih berbahaya," kata Steinmeier dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh surat kabar Bild Jerman dan dikutip Press TV akhir pekan ini.
Steinmeier mencatat bahwa konflik di Suriah dan Ukraina beberapa waktu ke belakang serta terganggunya kerjasama nuklir antara dua kubu bertentangan di Perang Dingin memicu permusuhan antara kedua negara.
Untuk diketahui bahwa pada tahun 2014, bentrokan meletus antara pemerintah yang didukung Amerika Serikat di Kiev, Ukraina dan pasukan pro-Rusia di Krimea yang pada saat itu masih merupakan bagian dari wilayah Ukraina.
Amerika Serikat dan Uni Eropa menuduh bahwa Rusia memainkan peran dalam konflik Ukraina. Moskow menolak tuduhan tersebut. Namun pada akhirnya Krimea melepaskan diri dari Ukraina dan memilih bergabung dengan Rusia.
Kemudian, pekan lalu, Rusia menangguhkan perjanjian kerjasama terkait sektor nuklir dan energi dengan Amerika Serikat menyusul sanksi yang dijatuhkan negeri Paman Sam akibat krisis di Ukraina. Bukan hanya itu, Rusia juga menangguhkan perjanjian lain dengan Amerika Serikat pada pembuangan plutonium senjata dengan alasan ancaman terhadap stabilitas strategis diajukan oleh tindakan bermusuhan Amerika Serikat melawan Rusia.
Steinmeier mencatat ketegangan yang lebih berbahaya, karena Perang Dingin memiliki garis merah yang dihormati oleh kedua negara.
Namun dalam situasi saat ini mereka berada di lingkungan multi-polar dan memiliki begitu banyak konflik regional yang membuat geopolitik lebih tak terduga.
"Tapi terlepas dari semua frustrasi, kekecewaan dan ketidakpercayaan yang mendalam di kedua sisi, kita harus terus mencari cara untuk mengakhiri kegilaan di Suriah. Amerika Serikat dan Rusia harus terus berbicara," tambahnya.
[mel]
BERITA TERKAIT: