Kotak yang dimaksud adalah sebuah sistem yang dirancang untuk mencegah kematian bayi yang ditinggalkan oleh orang tua mereka. Beberapa wilayah di Rusia menerapkan sistem tersebut sejak tahun 2011 lalu.
Dengan kotak bayi, ibu yang putus asa atau tidak menginginkan bayi yang mereka lahirkan bisa meninggalkan bayi mereka di kotak tersebut. Di Rusia, ada sekitar 20 kotak bayi yang ditempatkan di sejumlah wilayah.
Kotak tersebut berada terbuka dari jalan. Sehingga ibu yang hendak meninggalkan bayinya bisa membuka pintu kotak dan meletakkan bayi mereka di dalamnya. Setelah ibu menutup pintu kotak tersebut, ia memiliki waktu 30 detik untuk berpikir sebelum akhirnya pintu terkunci secara otomatis dan sinyal dari adanya bayi di dalam kapsul akan segera berbunyi di unit perawatan intensif di rumah sakit terdekat.
Setelah ditangani pihak berwenang, evaluasi kemudian dilakukan. Jika bayi tersebut tidak dinyatakan hilang dan orang tuanya tidak diketahui, maka bayi akan diberikan status anak pungut dan dapat diadopsi oleh orang lain dengan sejumlah aturan tertentu.
Bila ibu yang membuang anaknya berubah pikiran, ia bisa mengambil kembali anaknya setelah dilakukan tes genetik. Namun hal ini hanya bisa dilakukan dalam kasus jika anak tersebut belum diadopsi oleh orang lain.
Dalam lima tahun terakhir tercatat ada sekitar 51 bayi yang dibuang ibunya di kotak tersebut. Delapan di antaranya kembali ke pelukan orang tua mereka. Sementara sisanya berstatus anak pungut.
Namun demikian, sejumlah stakeholder di Rusia mengkritik adanya kotak bayi tersebut dan bergerak maju untuk membuat RUU yang menetapkan larangan beroperasinya kotak bayi. RUU tersebut nantinya akan diperdebatkan di parlemen.
Mereka menyebut bahwa keberadaan kotak bayi justru memicu potensi adanya pelanggaran pidana atau perdagangan bayi.
Keberadaan kotak bayi tersebut juga ditentang PBB sejak lama. Pada tahun 2014 lalu, Komite PBB tentang Hak-hak Anak mendesak Rusia untuk melakukan semua tindakan yang diperlukan untuk tidak mengizinkan keberadaan kotak bayi.
Rusia harunya bisa mengatasi masalah dari akarnya dengan memotong penyebab yang mengarah pada pengabaian bayi, termasuk dengan menyediakan layanan keluarga berencana dan konseling yang memadai serta dukungan sosial untuk kehamilan yang tidak direncanakan.
[mel]
BERITA TERKAIT: