Hal ini dilakukan agar para perempuan ini tidak dijadikan sebagai wanita penghibur atau budak seks oleh militan Takfiri, salah satu kelompok pemberontak penentang Presiden Suriah Bashar al Assad yang didukung asing.
"Kami menargetkan perempuan dimana pun untuk memperingatkan mereka tentang keseriusan praktek ini (prostitusi)," kata kementerian itu dalam sebuah
pernyataan, sebagaimana dilansir
Press TV (Minggu, 22/9).
"Kementerian bermaksud meningkatkan kerjasama dengan pemerintah dan badan-badan non-pemerintah pada masalah ini untuk mencari cara yang tepat menggagalkan rencana mereka yang mendorong praktek-praktek seperti itu," lanjut pernyataan itu.
Sebelumnya, pada hari Kamis (19/9), Menteri Dalam Negeri Tunisia Lotfi ben Jeddou mengatakan bahwa ratusan perempuan Tunisia yang melakukan perjalanan ke Suriah telah dipekerjakan sebagai pelayan seks oleh para militan yang melawan pemerintah Suriah itu.
"Di sana, mereka melakukan hubungan badan dengan 20, 30, atau 100 laki-laki. Setelah itu, mereka kembali ke Tunisia dalam keadaan hamil," imbuhnya." kata Ben Jeddou.
Para pemberontak menyebut perilaku mereka ini sebagai jihad al-nikah atau peran suci seksual.
[ian]
BERITA TERKAIT: