Sentimen Anti Islam Merebak di Inggris Setelah Pemenggalan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/shoffa-a-fajriyah-1'>SHOFFA A FAJRIYAH</a>
LAPORAN: SHOFFA A FAJRIYAH
  • Sabtu, 25 Mei 2013, 11:13 WIB
Sentimen Anti Islam Merebak di Inggris Setelah Pemenggalan
lee rigby
rmol news logo Media massa Inggris mengabarkan sentimen anti Islam yang berkembang di negeri mereka setelah pembunuhan keji di depan umum yang dilakukan dua orang terhadap seorang tentara muda yang baru pulang dari Afghanistan di Woolwich, London.

Kepolisian Inggris, dalam pernyataan resmi Jumat kemarin (24/5), mengatakan bahwa penyerangan di kawasan kelas pekerja tersebut membangkitkan sentimen secara liar. Setidaknya, 140 kasus dilaporkan dalam dua setelah kejadian (Rabu siang, 22/5).

"Kasus tersebut diantaranya serangan terhadap masjid-masjid, penyerangan terhadap masyarakat Muslim, kekerasan rasial dan grafiti anti-Muslim," kata kepolisian seperti dilansir The Independent beberapa saat lalu.

Disebutkan juga, kemarin sebuah bom rakitan dilemparkan ke sebuah masjid di Milton Keynes saat jemaah tengah melangsungkan shalat Jumat. Sementara itu, serangan juga dilaporkan terjadi di Gillingham, Braintree, Bolton dan Cambridge.

Aksi unjuk rasa anti-Islam juga dipelopori seorang pemimpin Partai EDL (Liga Pertahanan Inggris), Tommy Robinson. Ia bersama sekitar 250 pendukung anti-Islam berkumpul di stasiun kereta Arsenal di Woolwich. Tak lama setelah kejadian pembunuhan itu, kelompok ini diberitakan bentrok dengan kepolisian di jalan-jalan raya.

"Mereka (Muslim) memotong kepala tentara kami. Mereka adalah Islam. Itulah apa yang kita lihat hari ini. Padahal yang kami tahu bahwa Islam adalah agama damai," ucapnya.

"Harus ada reaksi dari pemerintah untuk mendengarkan dan memahami betapa
marahnya masyarakat Inggris akan kejadian ini," tambah dia.

Dalam surat terbukanya, para pemimpin Muslim Inggris juga turut mengutuk aksi penyerangan di Woolwich. Mereka mengatakan hal tersebut adalah hal terkeji. Tapi mereka juga menuduh bahwa kelompok ekstrimis hendak mengadu domba antar umat beragama lewat insiden tersebut.

"Orang-orang yang berada di balik serangan ini sengaja ingin mengubrak-abrik negara kita (Inggris)," tulis mereka.

Mereka juga berharap agar masyarakat Inggris untuk tidak terpancing emosi dan main hakim sendiri dengan melakukan aksi pembakaran terhadap masjid-masjid di negeri Ratu Elizabeth itu.

Kedua tersangka pembunuhan adalah Michael Adebolajo (28) dan Michael Adebowale (22). Adebolajo berasal dari sebuah keluarga keturunan Nigeria. Dia memeluk Islam pada 2003 dan mengganti namanya menjadi “Mujahid”. Adebolaje kerap menghadiri khotbah Omar Bakri, pendiri organisasi Islam terlarang, Al-Muhajiroun.

Kedua tersangka masih dikawal di rumah sakit setelah polisi menembak dan menangkap mereka segera setelah serangan tersebut. Memang, setelah melakukan pembunuhan dengan cara memotong-motong tubuh seorang tentara Inggris, mereka sempat minta difoto oleh para pejalan kaki.

Korban, Lee Rigby, usia 25 tahun, meninggal di tempat kejadian. Almarhum dikabarkan baru saja kembali dari tugas militernya dari Afghanistan. Rigby diketahui memiliki seorang putra berusia dua tahun. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA