Amerika Cawe-cawe Cari Pengganti Mubarak

Clinton Sibuk Telepon Pemimpin Dunia

Selasa, 15 Februari 2011, 06:24 WIB
Amerika Cawe-cawe Cari Pengganti Mubarak
Hillary Clinton
RMOL. Seperti yang sudah-sudah, Amerika Serikat kembali bergaya layaknya polisi dunia. Paman Sam sibuk mengatur dan memutuskan (cawe-cawe) soal kepemimpin di negara lain. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton sibuk menelepon para pemimpin dunia untuk mencari pengganti Hosni Mubarak.

“Menlu Hillary menghubungi pemimpin kawasan dan dunia untuk berbagi pandangan me­ngenai Mesir, perkembangan terakhir dan langkah selan­jut­nya,” kata juru bicara Kemenlu AS Philip Crowley dalam pesan di akun Twitter-nya.

Clinton menelepon Perdana Menteri Yunani Georges Papan­dreou dan Menlu India SM Krish­na untuk mendiskusikan per­kembangan di Mesir. “Menlu juga membahas pembicaraan terakhir Krishna dengan Pa­kistan,” imbuh Crowley.

India bersedia membantu masa transisi Mesir dalam urusan pe­milihan umum enam bulan men­datang, ketika Clinton bertanya  apakah India bisa membantu Mesir dalam urusan pemilu. Karena berdasarkan nara sumber yang dia ketahui, India adalah pihak yang berpengalaman dan ahli dalam urusan itu.

Atas pertanyaan itu, Krishna menjawab, pihaknya siap dan ber­sedia. Namun, hal tersebut ter­gantung pendekatan Mesir de­ngan negara-negara sahabat lain.

Dalam pembicaraan tele­pon­nya dengan Menlu Uni Emirat Arab Sheikh Abdullah Bin Zayed Al Nahyan,“Keduanya men­dis­kusikan Mesir dan dampaknya pada Timur Tengah serta masalah kawasan lainnya,” kata Crowley.

Crowley menyebutkan, dalam pesan terpisah di Twitter, Clinton,  juga berkonsultasi dengan Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, Menlu Inggris William Hague dan pemimpin Palestina Mahmud Abbas.

Presiden Mesir Hosni Mubarak mundur pada Jumat (11/2) setelah ber­kuasa selama 30 tahun. Pre­siden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali dijatuhkan setelah ber­kuasa selama 23 tahun pada 14 Ja­nuari. Keduanya tunduk pada gelombang protes yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Para pemimpin di dunia Arab mengawasi kejadian tersebut de­ngan cermat dan khawatir bahwa ge­rakan pro-demokrasi dapat meng­inspirasi gelombang revo­lusi di kawasan.

Analis mengatakan, dengan turunnya Presiden Hosni Mu­barak, Presiden AS Barack Obama harus berhati-hati terhadap Timur Te­ngah dengan melanjutkan duku­ngan untuk demokrasi se­mentara pada saat yang sama guna meng­hindari per­musuhan dengan se­kutu-se­kutunya.   [RM]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA