“Menlu Hillary menghubungi pemimpin kawasan dan dunia untuk berbagi pandangan meÂngenai Mesir, perkembangan terakhir dan langkah selanÂjutÂnya,†kata juru bicara Kemenlu AS Philip Crowley dalam pesan di akun Twitter-nya.
Clinton menelepon Perdana Menteri Yunani Georges PapanÂdreou dan Menlu India SM KrishÂna untuk mendiskusikan perÂkembangan di Mesir. “Menlu juga membahas pembicaraan terakhir Krishna dengan PaÂkistan,†imbuh Crowley.
India bersedia membantu masa transisi Mesir dalam urusan peÂmilihan umum enam bulan menÂdatang, ketika Clinton bertanya apakah India bisa membantu Mesir dalam urusan pemilu. Karena berdasarkan nara sumber yang dia ketahui, India adalah pihak yang berpengalaman dan ahli dalam urusan itu.
Atas pertanyaan itu, Krishna menjawab, pihaknya siap dan berÂsedia. Namun, hal tersebut terÂgantung pendekatan Mesir deÂngan negara-negara sahabat lain.
Dalam pembicaraan teleÂponÂnya dengan Menlu Uni Emirat Arab Sheikh Abdullah Bin Zayed Al Nahyan,“Keduanya menÂdisÂkusikan Mesir dan dampaknya pada Timur Tengah serta masalah kawasan lainnya,†kata Crowley.
Crowley menyebutkan, dalam pesan terpisah di Twitter, Clinton, juga berkonsultasi dengan Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, Menlu Inggris William Hague dan pemimpin Palestina Mahmud Abbas.
Presiden Mesir Hosni Mubarak mundur pada Jumat (11/2) setelah berÂkuasa selama 30 tahun. PreÂsiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali dijatuhkan setelah berÂkuasa selama 23 tahun pada 14 JaÂnuari. Keduanya tunduk pada gelombang protes yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Para pemimpin di dunia Arab mengawasi kejadian tersebut deÂngan cermat dan khawatir bahwa geÂrakan pro-demokrasi dapat mengÂinspirasi gelombang revoÂlusi di kawasan.
Analis mengatakan, dengan turunnya Presiden Hosni MuÂbarak, Presiden AS Barack Obama harus berhati-hati terhadap Timur TeÂngah dengan melanjutkan dukuÂngan untuk demokrasi seÂmentara pada saat yang sama guna mengÂhindari perÂmusuhan dengan seÂkutu-seÂkutunya.
[RM]
BERITA TERKAIT: