BPS: Deflasi Beras Terjadi di 23 Provinsi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 04 November 2025, 09:23 WIB
BPS: Deflasi Beras Terjadi di 23 Provinsi
Ilustrasi (Foto: RMOL/Alifia Dwi Ramandhita)
rmol news logo Di tengah pergerakan harga kebutuhan pokok yang cenderung naik, Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini mengumumkan bahwa harga beras di Indonesia justru mengalami penurunan.

Fenomena ini terjadi pada Oktober 2025. Meskipun secara umum terjadi inflasi 0,28 persen,  harga beras justru mencatatkan deflasi (penurunan harga) sebesar 0,27 persen secara bulanan (month-to-month).

Kondisi ini sangat menarik karena mematahkan kebiasaan. Menurut BPS, pada bulan yang sama di dua tahun sebelumnya (Oktober 2022 dan 2023), harga beras justru selalu naik.

Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa penurunan harga ini semakin signifikan. 

"Terjadi deflasi beras pada Oktober 2025 lebih dalam dibandingkan dengan bulan sebelumnya," ujar Pudji, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin 3 November 2025. 

Penurunan harga ini terjadi hampir merata di seluruh Nusantara, yaitu di 23 provinsi. Sementara di 12 provinsi masih mengalami kenaikan harga.

Penurunan harga tidak hanya terjadi di satu titik rantai pasok. BPS mencatat, harga rata-rata beras turun dari hulu ke hilir:

Tingkat Penggilingan: Harga rata-rata di pabrik turun 0,54 persen. Beras premium turun 0,71 persen, dan beras medium turun 0,46 persen.
Tingkat Grosir dan Eceran: Penurunan harga juga sampai ke pedagang besar (grosir) sebesar 0,18 persen dan ke warung/toko (eceran) sebesar 0,27 persen.

Penurunan harga beras ini menjadi juru selamat bagi inflasi nasional. BPS bahkan mencatat beras menjadi salah satu komoditas yang paling berperan menahan laju inflasi, bersama dengan bawang merah, cabai rawit, dan tomat.

Merespons data positif ini, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa deflasi beras bukanlah hasil kebetulan, melainkan buah dari kerja keras dan sinergi lintas sektoral yang fokus pada kebahagiaan masyarakat.

"Tujuan kita menurunkan harga supaya masyarakat bahagia, dan itu sudah tercapai," jelas Mentan Amran.

Untuk memastikan stabilitas ini bertahan, Mentan Amran telah membentuk Tim Pengawal Harga di setiap kabupaten, yang beranggotakan Kementan, Bappenas, Bulog, hingga aparat penegak hukum.

Tim ini bertugas mengawal harga dan terus melakukan operasi pasar di daerah-daerah yang harga berasnya masih tinggi. Mentan Amran memastikan operasi pasar ini tidak akan berhenti, bahkan saat musim panen raya. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA