SPBU Asing dan Lokal Harus Bersaing Secara Adil

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-alfian-1'>AHMAD ALFIAN</a>
LAPORAN: AHMAD ALFIAN
  • Jumat, 10 Oktober 2025, 10:01 WIB
SPBU Asing dan Lokal Harus Bersaing Secara Adil
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Prof Rhenald Kasali. (Youtube Rhenald Kasali)
rmol news logo Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Prof. Rhenald Kasali menyoroti dilema publik antara rasa cinta terhadap produk dalam negeri dan kebutuhan akan profesionalisme dalam layanan publik, terutama dalam isu persaingan antara SPBU swasta atau asing dengan Pertamina.

Menurut Rhenald, bangsa yang beradab seharusnya memperlakukan semua pihak secara adil. Namun, dalam praktiknya, SPBU asing atau swasta di Indonesia sering kali diperlakukan tidak fair.

Ia menyinggung semangat nasionalisme yang kerap digaungkan lewat ajakan mencintai produk dalam negeri. Namun, menurutnya, cinta tanpa kepercayaan hanya melahirkan ironi.

“Kita mencintai produk lokal, tapi sekarang di bensin, orang-orang kota malah antre di SPBU asing, bukan di Pertamina. Ironis. Bukan karena benci lokal, tetapi karena kita sudah capek dituntut untuk cinta terus-menerus tanpa pernah diberikan alasan untuk percaya,” ucap Rhenald lewat kanal Youtube miliknya, Jumat, 10 Oktober 2025.

Rhenald menyoroti fenomena ketika SPBU asing seperti Shell, Vivo, BP, dan AKR menolak membeli BBM dari Pertamina karena kandungan etanolnya dianggap tidak sesuai dengan spesifikasi mesin konsumen. 

Bukannya SPBU asing yang diserang publik, justru pemerintah yang menjadi sasaran kritik.

“Publik malah marah ke pemerintah, bukan ke SPBU asing. Lucu kan? Tapi itulah yang terjadi. Ini bukan soal pro asing atau anti asing, ini soal kepercayaan, soal profesionalisme, soal siapa yang kerja benar,” tegasnya.

Rhenald mengakui, kehadiran Pertamina di wilayah terpencil patut diapresiasi karena tidak semua pelaku bisnis bersedia menjangkau daerah yang tidak menguntungkan secara ekonomi. Namun, ia juga mengingatkan bahwa persaingan yang sehat seharusnya diterima dengan lapang dada.

“SPBU asing itu biasa di mana-mana. Di Amerika sendiri ada SPBU dari berbagai negara lain yang juga diterima. Persaingan yang fair adalah persaingan yang biasa saja,” ujarnya.

Ia menilai, transformasi Pertamina yang kini lebih modern dan bersih merupakan bukti bahwa persaingan mampu memacu perbaikan. Namun, dilema tetap muncul di tengah masyarakat antara memilih cinta pada produk dalam negeri atau percaya pada profesionalisme.

“Padahal dua-duanya bisa jalan bareng, tapi di sini cinta sering diminta tanpa komitmen, kepercayaan sering diminta tanpa transparansi. Apakah ini fair competition?” tanya Rhenald. rmol news logo article


EDITOR: AHMAD ALFIAN

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA