Dikutip dari
9News, harga emas berjangka berhasil menembus rekor baru di level 6.071 Dolar AS (sekitar Rp98 juta) per ons pada Rabu, 8 Oktober 2025. Lonjakan harga ini diperkirakan menambah sekitar A$13 miliar pada pendapatan ekspor Australia tahun keuangan ini, bahkan saat banyak komoditas lain tengah lesu.
Menurut laporan Resources and Energy Quarterly edisi September 2025, ekspor emas Australia akan melonjak dari A$47 miliar pada 2024-2025 menjadi A$60 miliar tahun ini, sebelum stabil pada tahun berikutnya. Kenaikan tersebut menjadi penopang utama ketika negara ini diprediksi kehilangan sekitar A$16 miliar pendapatan ekspor dari sektor lain.
Lonjakan minat terhadap emas terjadi karena banyak investor beralih ke aset aman setelah kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump memicu ketegangan perdagangan global dan memperburuk ketidakpastian ekonomi. Logam mulia lainnya, seperti perak, juga ikut menguat, dengan harga berjangka naik 60 persen ke 48 Dolar AS per ons.
Faktor lain yang mendukung kenaikan harga emas adalah pelemahan Dolar AS dan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve. Menurut analis UBS Giovanni Staunovo, sejak pertengahan Januari dolar AS telah turun sekitar 9 persen terhadap mata uang utama dunia, menyentuh level terendah dalam tiga tahun terakhir.
Para investor melihat emas sebagai “tempat berlindung yang aman” karena dinilai mampu menjaga nilai kekayaan dan menyeimbangkan portofolio. Selain itu, banyak yang lebih percaya diri memiliki aset berwujud yang nilainya berpotensi naik dari waktu ke waktu.
Namun, para ahli mengingatkan agar tidak menaruh seluruh dana di satu jenis investasi. Emas tetaplah aset yang bisa sangat fluktuatif. Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS menegaskan, “Ketika kecemasan ekonomi meningkat, pihak yang paling diuntungkan dari logam mulia biasanya adalah para penjualnya.”
BERITA TERKAIT: