Wakil Direktur Utama Telkom Muhammad Awaluddin mengatakan, strategi streamlining tersebut bertujuan agar Telkom tidak hanya fokus pada bisnis telekomunikasi tradisional.
"Jadi ada lebih dari 60 anak usaha dan harapan kita nanti kurang lebih sekitar 20-an saja anak usaha yang benar-benar strategis dan akan kita pertahankan," pungkas Awal dalam Public Expose 2025, di Jakarta, Jumat, 12 September 2025.
Perampingan ini merupakan arahan langsung dari pemegang saham pengendali Telkom, Danantara Indonesia, dan menjadi bagian dari strategi transformasi perusahaan untuk mendorong daya saing dan menciptakan nilai jangka panjang.
Ini juga menjadi bagian dari strategi transformasi bisnis jangka panjang emiten berkode saham TLKM dengan target penyelesaian pada akhir 2027.
Beberapa anak usaha Telkom di antaranya Telkomsel, Telkomsat, Telkom Akses, TelkomMetra, PINS Indonesia, dan Telin.
Ada pula Mitratel, Metranet, Telkom Infra, Telkom Property, Telkomsigma, dan lain-lain.
Perampingan juga bertujuan untuk meningkatkan daya saing, mengoptimalkan alokasi modal, dan menciptakan nilai jangka panjang dalam menghadapi dinamika dunia digital.
Hal ini terjadi seiring dengan rencana aksi korporasi besar-besaran yang dilakukan oleh BPI Danantara ke semua perusahaan BUMN.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom, Arthur Angelo Syailendra sebelumnya memaparkan, meski akan terjadi merger dan konsolidasi di tubuh Telkom, rencana tersebut bukan dalam rangka pemangkasan jumlah karyawan atau pemutusan hubungan kerja (PHK).
Bentuk transformasi bisnis lain dari Telkom adalah merambah bisnis lain di luar bisnis seluler. Bisnis tersebut berisikan bisnis tower, fiber optik, pusat data, satelit, hingga bisnis internasional.
“Mindset diubah menjadi partnership, bukan lagi lakukan sendiri. Menggandeng swasta yang memiliki teknologi dan kemampuan dalam bidang tersebut,” tegasnya.
BERITA TERKAIT: