Fasilitas ini ditargetkan mampu memproduksi hingga ±100 kilogram green hydrogen per hari dengan tingkat efisiensi 82–88 persen menggunakan teknologi elektrolisis membran modern (Anion Exchange Membrane/AEM) yang lebih ramah lingkungan, hemat energi, dan efisien dibandingkan teknologi konvensional.
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Julfi Hadi menegaskan bahwa proyek ini merupakan batu loncatan strategis untuk memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok energi bersih global.
Melalui proyek ini, kata dia, PGE menggabungkan panas bumi dengan teknologi elektrolisis modern untuk menghasilkan green hydrogen yang efisien dan berkelanjutan.
"Kami ingin menjadikan Ulubelu sebagai pusat inovasi yang bisa direplikasi di wilayah panas bumi lain, sekaligus membuka peluang pemanfaatan untuk transportasi rendah karbon dan industri," ujar Julfi dalam keterangan tertulis, Rabu 10 September 2025.
Julfi menambahkan, fasilitas ini tidak hanya mendukung transisi energi, tetapi juga akan mendorong hilirisasi produk turunan.
“Groundbreaking ini adalah pijakan awal PGE untuk membangun rantai bisnis hijau yang lebih luas. Ke depan, peta jalan kami mencakup pengembangan green ammonia dan green methanol sebagai solusi energi dan bahan baku industri masa depan,” ujarnya.
Melalui langkah ini, PGE menegaskan transformasi bisnis menuju beyond electricity and beyond business, menjadikan panas bumi sebagai fondasi rantai pasok energi bersih sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso menambahkan, Pilot project green Hydrogen menunjukkan peran strategis Pertamina Group dalam mendukung agenda nasional menuju transisi energi.
“Proyek Green Hydrogen Ulubelu ini bagian kontribusi penting dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 yang dicanangkan pemerintah,” demikian Fadjar.
BERITA TERKAIT: