Tak Sekadar Angkut Penumpang

MRT Ubah Gaya Hidup hingga Dongkrak Ekonomi Jakarta

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/alifia-dwi-ramandhita-1'>ALIFIA DWI RAMANDHITA</a>
LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA
  • Jumat, 18 Juli 2025, 00:45 WIB
MRT Ubah Gaya Hidup hingga Dongkrak Ekonomi Jakarta
Penumpang MRT/RMOL
rmol news logo Pembangunan proyek MRT Jakarta tidak hanya bertujuan membangun jaringan rel bawah tanah. Lebih dari itu, proyek ini digadang menjadi pendorong perubahan gaya hidup masyarakat sekaligus penggerak pertumbuhan ekonomi baru di jantung kota.

Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda), Weni Maulina, mengatakan bahwa pembangunan MRT  dirancang dengan pendekatan integratif dan multidimensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan mobilitas, pengurangan kemacetan, dan pengembangan sistem transit perkotaan.

Melalui pengembangan konsep Transit-Oriented Development (TOD), MRT Jakarta bertujuan untuk menghubungkan stasiun MRT dengan berbagai fungsi ruang kota secara menyeluruh, sesuai dengan mandat Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2024.

"Itu memang ada tiga (mandat) sebetulnya ya MRT itu adalah untuk membangun transportasi, mengoperasikan, dan juga mengembangkan kawasan atau perkotaannya, yang juga membangun tata ruang dengan adanya transit oriented dan mendorong pemberdayaan masyarakat,"kata Weni dalam Diskusi Media di Wisma Nusantara Jakarta, pada Kamis, 17 Juli 2025.

Saat ini, MRT Jakarta tengah mengembangkan proyek pembangunan  fase 2 rute Bundaran HI-Ancol Barat sepanjang 11,8 kilometer. Pembangunan tersebut terdiri dari dua fase, yaitu fase 2A dengan tujuh stasiun bawah tanah (Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota) sepanjang 5,8 kilometer. 

Serta Fase 2B yang terdiri dari dua stasiun bawah tanah (Mangga Dua dan Ancol) dan satu depo di Ancol Marina dengan total jalur sekitar 6 kilometer. 

Menurut Weni, berkaca dari proyek jalur sebelumnya, Lebak Bulus-Bundaran HI, konsep TOD telah memberikan multiplier effect terhadap perekonomian sekitar. Untuk itu, pihaknya akan mengembangkan lebih banyak kawasan TOD di fase 2 yang sedang berjalan.

"Ke arah fase 2 kita juga akan jauh lebih banyak di tiap titik itu nanti akan ada direct interconnection dengan jalur ke busnya. Nah ini dengan meningkatnya TOD atau kawasan dengan adanya transit seperti titik stasiun terjadilah peningkatan pengembangan pembangunan kawasan," jelas Weni.

Proyek Fase 2 Berpotensi Dongkrak Ekonomi hingga Rp242 Triliun

Proyek MRT fase 2 juga diproyeksikan memberikan dampak ekonomi yang sangat luas. Tak hanya mengubah wajah kota, proyek ini membuka potensi besar di sektor properti, tenaga kerja, serta pengembangan kawasan komersial.

“Jadi, ada sekitar Rp242,2 triliun property value, kemudian sekitar 34 ribu unit yang bisa terbentuk. Ini potensi ya, kita lihat ini potensi,” ungkap Weni.

Ia menambahkan, proyek ini juga berpotensi menciptakan 640 ribu lapangan kerja baru, menyediakan 73,9 hektare ruang publik terbuka, dan membangun hingga 149 kilometer jalur pedestrian, yang dapat mendorong pertumbuhan kawasan secara terintegrasi dan menyeluruh.

Revitalisasi Gedung Negara dan Pengembangan Plaza Transit

Lebih lanjut, Weni mengatakan saat ini MRT Jakarta telah bekerja sama dengan Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) dan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) yang mengelola gedung-gedung tidak aktif di sekitar Stasiun Kota. Gedung tersebut akan disulap menjadi akses masuk stasiun MRT sekaligus area komersial yang terbuka untuk publik.

"Bangunannya bisa difungsikan komersil, bisa dimanfaatkan, dan itu akan membawa pertumbuhan ekonomi yang lebih signifikan. Ini salah satu contoh di kawasan kota," jelas Weni.

Tak berhenti di situ, MRT Jakarta juga tengah mengembangkan Plaza Transit, koridor multifungsi yang akan menghubungkan stasiun MRT dengan moda transportasi lain seperti TransJakarta, jalur pedestrian, jembatan penghubung, serta ruang terbuka publik.

Weni menjelaskan bahwa proyek ini dirancang bukan hanya sebagai jalur mobilitas, tetapi sebagai ruang interaksi sosial dan ekonomi baru yang menumbuhkan kehidupan kota yang lebih berkelanjutan.

"Dengan konsep yang seperti ini, mudah-mudahan kita bisa lebih banyak menumbuhkan aktivitas-aktivitas ekonomi yang jauh lebih integratif sebetulnya di kawasan seperti ini," imbuhnya.

Adapun dalam pengembangan kawasan transit tersebut, MRT Jakarta juga mendorong pembangunan fasilitas-fasilitas penting seperti perumahan, sekolah, rumah sakit, serta area komersial yang mudah diakses dari stasiun. 

“Kita harus melihat bagaimana mengintegrasikan seluruh kebutuhan masyarakat, apakah itu perumahan, sekolah, rumah sakit ke dalam kawasan-kawasan transit. Ini sangat penting,” kata Weni.

Dorong Perubahan Budaya Transportasi

Lebih jauh, Weni menegaskan bahwa proyek MRT bukan semata pembangunan fisik, melainkan juga alat untuk mendorong perubahan budaya transportasi warga Jakarta dari kendaraan pribadi menuju angkutan publik.

“Shifting mindset, kita mulai terbuka. Masyarakat tidak lagi selalu menggunakan kendaraan pribadi, tapi mulai berjalan kaki dan menggunakan transportasi umum. Tentunya ini perlu didukung infrastruktur yang layak dari pemerintah,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa keberhasilan proyek ini tidak bisa hanya mengandalkan MRT. Perlu ada keterlibatan aktif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, pengembang properti, pelaku usaha, dan masyarakat.

"Karena kita tidak bisa bekerja sendiri, pemerintah juga tidak bisa sendiri, kita butuh masyarakatnya, kita butuh developer, yang juga bisa mendukung keberhasilan dari transit tadi," tegas Weni.

MRT Pangkas Kemacetan Jakarta Hingga 3 Persen


Sebelumnya, Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta (Perseroda) Mega Tarigan sendiri mengatakan bahwa kehadiran moda transportasi MRT ini telah membantu menurunkan presentase kemacetan di Jakarta hingga tiga persen, merujuk pada riset MRT Jakarta yang menggandeng Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia. 

"Secara statistik seperti yang bisa dilihat, (MRT) mengurangi kemacetan itu sekitar tiga persen melalui peningkatan kecepatan rata-rata di ruas jalan utama,"kata Mega dalam konferensi pers, Kamis 10 Juli 2025 lalu.

Menurutnya, indeks kemacetan Jakarta juga mengalami perbaikan signifikan, bahkan kini Bandung disebut lebih macet dibanding Jakarta.

"Indeks kemacetan Jakarta mengalami penurunan ranking, bahkan sekarang Bandung yang lebih macet dari Jakarta,"tambahnya.

Menurut hasil riset tersebut, total nilai penghematan berdasarkan waktu tempuh yang ditaksir sampai Rp 1,9 triliun. Sementara perbaikan penurunan emisi PM10 di wilayah Jakarta sebesar 18 persen. 

"Kalau dikalkulasi dari nilai polusi udara, penghematannya mencapai Rp2,2 triliun,"tandasnya.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA