Dikutip dari
Reuters, harga minyak mentah Brent turun 17 sen atau 0,3 persen menjadi 66,87 Dolar AS per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 31 sen atau 0,5 persen menjadi 64,98 Dolar AS.
Pembicaraan perdagangan antara AS dan China hari kedua berlangsung hingga malam hari di London. Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan perundingan dagang berjalan baik dan ia berharap akan berakhir pada Selasa malam. Namun ia tidak menutup kemungkinan perundingan tersebut dapat berlanjut hingga Rabu, 11 Juni 2025.
Harga juga terpengaruh langkah Bank Dunia yang memangkas perkiraan pertumbuhan globalnya untuk tahun 2025 sebesar empat persepuluh poin persentase menjadi 2,3 persen, dengan mengatakan bahwa tarif yang lebih tinggi dan ketidakpastian yang meningkat menimbulkan "hambatan signifikan" bagi hampir semua perekonomian.
Di sisi pasokan, alokasi untuk penyulingan minyak China menunjukkan bahwa perusahaan minyak negara Arab Saudi, Saudi Aramco, akan mengirimkan sekitar 47 juta barel minyak ke China pada bulan Juli, 1 juta barel lebih sedikit dari volume yang dialokasikan pada bulan Juni.
"Alokasi Saudi dapat menjadi tanda awal bahwa penghentian pemotongan produksi OPEC+ mungkin tidak menghasilkan banyak pasokan tambahan," kata Harry Tchilinguirian, kepala grup penelitian di Onyx Capital.
Sementara ahli strategi komoditas senior ANZ Daniel Hynes mengatakan prospek kenaikan lebih lanjut dalam pasokan OPEC terus menghantui pasar.
OPEC+, yang memproduksi sekitar setengah dari minyak dunia dan mencakup Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu seperti Rusia, mengajukan rencana untuk peningkatan produksi sebesar 411.000 barel per hari untuk bulan Juli karena berupaya menghentikan pemotongan produksi untuk bulan keempat berturut-turut.
BERITA TERKAIT: