Bank DBS mengungkapkan, fase ini ditandai dengan fokus pada keuntungan, peningkatan pengalaman pelanggan, serta pertumbuhan yang lebih berkelanjutan dengan dukungan kredit.
Laporan DBS Nextwave Southeast Asia 2025 - hasil kolaborasi DBS dan firma riset Cube - juga menyebutkan bahwa pasar e-commerce di Asia Tenggara telah mencapai profitabilitas pada 2024, ditopang oleh pertumbuhan eksponensial sejak 2012, dengan nilai pasar hanya sebesar 4 miliar Dolar AS.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pencapaian ini antara lain konsolidasi pangsa pasar, peningkatan biaya layanan, dan fokus yang lebih besar pada penawaran inti bisnis mereka.
Beberapa perusahaan juga berinvestasi dalam model bisnis vertikal yang terkait dengan e-commerce – seperti pergudangan dan pengiriman jarak jauh (last-mile delivery) – untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memperbaiki layanan pelanggan.
Lanskap e-commerce Asia Tenggara juga diprediksi akan menjadi lebih beragam, meniru pasar seperti AS.
"Pasar AS memberi petunjuk bahwa konsumen Asia Tenggara ke depan akan mencari pengalaman e-commerce yang lebih beragam," kata laporan itu, dikutip dari Business Times.
Di AS, pemain seperti Amazon dan Walmart berbagi pasar dengan penjual daring khusus dan pemain omni-channel, sementara di China, raksasa seperti Alibaba kehilangan pangsa pasar akibat munculnya kompetitor baru seperti ByteDance dan Pinduoduo.
Menyoroti prospek pendatang baru, Chua Shih Guan, Head of Digital Economy Group, Institutional Banking di DBS mengatakan, seiring kedewasaan sektor e-commerce di kawasan, ia melihat pergeseran dari sekadar promosi dan diskon menuju pengalaman pelanggan yang lebih inovatif dan berbeda.
Menurutnya, pendatang baru perlu fokus pada model pertumbuhan berkelanjutan, termasuk struktur modal seimbang dan pembiayaan berbasis kredit.
Faktor-faktor seperti adopsi kecerdasan buatan (AI) diperkirakan akan memainkan peran kunci.
Pada saat yang sama, pemain baru yang menghadirkan pengalaman pelanggan yang lebih unggul, seperti mengintegrasikan pembayaran tanpa hambatan, atau memanfaatkan AI untuk menciptakan model bisnis yang berbeda, dapat menggoyahkan pemain lama dan menarik modal investasi.
"Kami percaya platform-platform ini akan tumbuh secara menguntungkan dan memainkan peran penting sebagai penghubung dalam gelombang inovasi berikutnya di Asia Tenggara," kata Chua Shih Guan.
BERITA TERKAIT: