Shell melaporkan penurunan laba yang tajam pada kuartal pertama sebesar 35 persen, menyusul periode harga minyak mentah yang melemah.
Laporan keuangan yang baru saja dirilis menunjukkan bahwa laba yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham turun menjadi 4,8 miliar Dolar dari 7,4 miliar Dolar AS pada periode yang sama tahun lalu.
Penurunan ini terjadi seiring dengan berkurangnya pendapatan total perusahaan sebesar 6 persen, dari 74,7 miliar Dolar AS menjadi 70,2 miliar Dolar AS.
Shell dan sejumlah perusahaan minyak besar lainnya saat ini terdampak oleh kejatuhan harga minyak mentah, yang dipicu oleh kekhawatiran pasar atas dampak kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap perlambatan ekonomi global.
Meski demikian, hasil kuartal pertama ini masih mampu melampaui ekspektasi analis. Dalam langkah untuk menjaga kepercayaan investor, Shell mengumumkan program pembelian kembali saham (buyback) sebesar 3,5 miliar Dolar AS selama 3 bulan ke depan.
Ini menandai kuartal ke-14 berturut-turut dengan pembelian kembali setidaknya 3 miliar Dolar AS.
Hasil tersebut muncul saat laba Big Oil terus turun dari rekor tertinggi pada tahun 2022. Prospek yang lemah untuk pasar minyak, jatuhnya harga minyak mentah, dan kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump yang berubah cepat telah mengguncang sentimen investor dalam beberapa bulan terakhir.
Awal minggu ini, BP Inggris dan TotalEnergies Prancis melaporkan penurunan laba kuartal pertama yang signifikan dan utang bersih yang lebih tinggi.
BERITA TERKAIT: