Selain itu, China juga meminta perusahaan-perusahaannya untuk menyampaikan daftar barang penting yang sebaiknya dibebaskan dari bea masuk.
Langkah ini muncul setelah ada pernyataan dari pihak AS yang menunjukkan keinginan untuk menurunkan ketegangan.
Hal ini mengisyaratkan bahwa kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut mulai berupaya mengendalikan konflik yang sebelumnya telah memperlambat arus perdagangan dan menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya resesi global.
Kebijakan pengecualian tarif dari pemerintah China ini disambut baik oleh pelaku bisnis, yang berharap bahwa langkah tersebut akan diperluas ke lebih banyak sektor industri. Dampaknya, nilai tukar Dolar AS sedikit menguat dan pasar saham di Hong Kong serta Jepang ikut naik.
“Langkah ini bisa menjadi cara untuk meredakan ketegangan yang saling menguntungkan,” kata Alfredo Montufar-Helu, penasihat senior dari lembaga riset Conference Board, seperti dikutip dari
Reuters, Sabtu 27 April 2025.
Namun ia juga mengingatkan, “Tampaknya baik AS maupun China masih enggan menjadi pihak yang lebih dulu mengambil inisiatif untuk mencapai kesepakatan.”
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan dalam wawancara dengan majalah TIME bahwa pembicaraan soal tarif dengan China masih berlangsung, dan bahwa Presiden China, Xi Jinping, telah meneleponnya. Namun, pihak China membantah versi cerita yang disampaikan AS.
“Dia menelepon saya. Tapi menurut saya, itu bukan tanda kelemahan,” ujar Trump. Ia tidak menjelaskan kapan Xi menelepon atau apa isi pembicaraan mereka.
BERITA TERKAIT: