Dikutip dari
Reuters, emas spot merosot 1,5 persen menjadi 3.372,68 Dolar AS per ons pada penutupan perdagangan Selasa 22 April 2025 atau Rabu pagi WIB.
Sementara itu, harga emas berjangka AS ditutup melemah 0,2 persen menjadi 3.419,40 Dolar AS per ons.
Indeks kekuatan relatif (RSI) emas saat ini berada di posisi 74, yang menunjukkan bahwa harga emas sedang dalam kondisi overbought, artinya harga mungkin sudah terlalu tinggi dan berpotensi mengalami penurunan. RSI adalah indikator teknis yang digunakan untuk mengukur momentum dan kekuatan perubahan harga
Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan ia yakin akan ada de-eskalasi dalam ketegangan perdagangan AS-China, meski dia menggambarkan negosiasi mendatang dengan Beijing sebagai "kerja keras" yang belum dimulai.
Analis mengatakan, komentar tersebut memicu optimisme dalam ekuitas dan memperkuat Dolar yang akhirnya berdampak pada turunnya emas.
"Komentar (Menteri Keuangan AS) sore ini yang mengisyaratkan kemungkinan mencairnya perang dagang dengan China, sebenarnya adalah saat (emas) mulai dijual," kata Bob Haberkorn, analis RJO Futures.
Saham Wall Street melesat lebih dari 2 persen dan kurs Dolar AS naik 0,7 persen.
"Reli di pasar saham dan Indeks DXY hari ini (Selasa) berdampak negatif bagi pasar emas," kata Jim Wyckoff, analis Kitco Metals.
Trader juga akan mencermati pidato sejumlah pejabat Federal Reserve, pekan ini, berharap mendapatkan wawasan tentang kebijakan moneter masa depan di tengah kekhawatiran tentang independensi bank sentral.
Logam lainnya bervariasi. Perak spot turun 0,7 persen menjadi 32,47 Dolar AS per ons. Platinum melemah 0,8 persen menjadi 953,64 Dolar AS. Paladium menguat 0,6 persen menjadi 932,75 Dolar AS.
BERITA TERKAIT: