Laporan
Wall Street Journal (WSJ) mengungkapkan bahwa angka pengangguran di sektor teknologi melonjak signifikan akibat perusahaan yang semakin bergantung pada otomatisasi.
Menurut data, tingkat pengangguran di sektor teknologi di AS meningkat dari 3,9 persen pada Desember 2024 menjadi 5,7 persen pada Januari 2025. Jumlah masyarakat yang kehilangan pekerjaan pun naik drastis, dari 98 ribu menjadi 152 ribu dalam kurun waktu satu bulan.
"Banyak perusahaan memilih untuk mengandalkan AI ketimbang merekrut tenaga kerja baru untuk tugas-tugas yang bisa diotomatisasi," tulis WSJ dalam laporannya, dikutip Selasa 11 Februari 2025.
Di tengah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK), sejumlah raksasa teknologi juga melanjutkan kebijakan efisiensi tenaga kerja. Meta, misalnya, berencana memangkas 5 persen dari total karyawannya dalam waktu dekat.
Meski memangkas tenaga kerja, Meta justru mengalokasikan dana besar untuk mengembangkan AI. CEO Meta, Mark Zuckerberg, bahkan berencana menggelontorkan ratusan miliar dolar dalam beberapa tahun ke depan untuk memperkuat teknologi AI perusahaannya.
Tren investasi besar-besaran dalam AI ini dikhawatirkan akan semakin memperlambat perekrutan tenaga kerja di masa depan. Sejumlah eksekutif teknologi mulai menyebut fenomena ini sebagai “penghindaran biaya”, yakni strategi perusahaan untuk mengurangi pengeluaran dengan menggantikan tenaga manusia menggunakan AI.
"Peningkatan investasi perusahaan dalam AI telah menunjukkan tanda-tanda awal yang mengarah pada pemangkasan perekrutan di masa mendatang, sebuah konsep yang oleh beberapa pemimpin teknologi mulai disebut sebagai penghindaran biaya," kata WSJ.
BERITA TERKAIT: