Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dolar AS Menguat, Capai Level Tertinggi Sejak 2022

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/alifia-dwi-ramandhita-1'>ALIFIA DWI RAMANDHITA</a>
LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA
  • Sabtu, 11 Januari 2025, 14:03 WIB
Dolar AS Menguat, Capai Level Tertinggi Sejak 2022
Ilustrasi/Net
rmol news logo Dolar Amerika Serikat (AS) menguat signifikan pada perdagangan Jumat waktu setempat, didorong oleh data ketenagakerjaan yang menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja lebih tinggi dari yang diperkirakan di bulan Desember. 

Hal ini semakin memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) kemungkinan akan menahan siklus pemangkasan suku bunga pada pertemuan kebijakannya yang dijadwalkan akhir bulan ini.

Pada Sabtu 11 Januari 2025 pagi, Indeks dolar AS tercatat mencapai level tertinggi sejak November 2022, melaju ke angka 109,68 dengan kenaikan 0,4 persen. Kenaikan ini menandai perjalanan kenaikan mingguan keenam berturut-turut, yang merupakan rentetan terpanjang sejak 2023.

Reli penguatan dolar dimulai setelah Departemen Tenaga Kerja AS merilis laporan yang menunjukkan ekonomi AS menambah 256 ribu lapangan kerja pada bulan Desember, jauh lebih tinggi dari ekspektasi yang hanya memproyeksikan 160 ribu. 

Meskipun lapangan kerja bulan November direvisi turun menjadi 212 ribu, data ini tetap memperlihatkan bahwa pasar tenaga kerja AS terus menunjukkan ketahanan yang kuat. Selain itu, tingkat pengangguran turun menjadi 4,1 persen, lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 4,2 persen.

Kenaikan upah juga terus berlanjut dengan rata-rata pendapatan per jam naik 0,3 persen pada Desember setelah naik 0,4 persen pada November. Dalam setahun terakhir hingga Desember, upah AS tercatat melonjak 3,9 persen, meskipun sedikit menurun dibandingkan dengan kenaikan 4,0 persen pada November.

Penguatan dolar juga didorong oleh data sentimen konsumen dari Universitas Michigan yang menunjukkan lonjakan ekspektasi inflasi. Pada Januari, ekspektasi inflasi satu tahun melonjak ke 3,3 persen, level tertinggi sejak Mei 2023, dari sebelumnya 2,8 persen pada Desember. 

Peningkatan ini turut menambah ekspektasi bahwa inflasi dalam 12 bulan ke depan akan tetap berada di atas kisaran 2,3 persen hingga 3,0 persen, level yang terlihat sebelum pandemi.

Merespons data ini, pasar suku bunga berjangka AS kini sepenuhnya memperhitungkan bahwa The Fed akan menghentikan siklus pelonggaran suku bunga pada pertemuan Januari. 

Selain itu, pasar juga mengantisipasi hanya ada sedikit pelonggaran suku bunga pada 2025, dengan perkiraan penurunan pertama baru akan terjadi pada pertemuan Juni mendatang. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA