Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Empat Kurator Ditunjuk Tangani Proses Pailit Sritex

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 25 Oktober 2024, 09:55 WIB
Empat Kurator Ditunjuk Tangani Proses Pailit Sritex
Suasana pabrik tekstil PT Sritex/Dok.Sritex.co.id
rmol news logo Empat kurator ditunjuk untuk mengurus proses pailitnya salah satu pabrik tekstil terbesar di Indonesia, PT Sri Rejeki Isman (Sritex).

Hasil putusan sidang di Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang resmi menyatakan perusahaan tekstil Sritex (SRIL)  pailit. 

Juru bicara Pengadilan Niaga Semarang Haruno Patriadi mengatakan, penunjukan empat kurator tersebut sebagaimana putusan majelis hakim yang menangani perkara tersebut

Keempat kurator tersebut masing-masing Deni Ardiansyah, Nur Hidayat, Fajar Romy Gumilar, dan Nurma Candra Yani Sadikin.

Adapun untuk hakim pengawas dalam proses pailit PT Sritex ialah Haruno Patriadi sendiri.

"Kebetulan saya diangkat sebagai hakim pengawasnya. Terus kemudian Denny Ardiansyah, Nur Hidayat, Fajar Romy Gumilar, Nurma Candra Yani Sadikin sebagai kurator," kata Haruno, dikutip Jumat 25 Oktober 2024. 

Keempat kurator yang telah ditunjuk sesuai aturan yang berlaku itu akan melakukan rapat verifikasi terkait utang yang dimiliki PT Sritex.

Sebelumnya, Pengadilan Niaga Semarang memutus pailit PT Sri Rejeki Isman (Sritex), setelah mengabulkan permohonan salah satu kreditor perusahaan tekstil tersebut.

Putusan pailit itu tertuang dalam putusan PN Semarang atas perkara nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg.

Salah satu debitur PT Sritex, yakni PT Indo Bharat Rayon, mengajukan permohonan pembatalan perjanjian perdamaian atas kesepakatan penundaan kewajiban pembayaran utang pada 2022. 

Sritex adalah perusahaan yang sangat besar dan pernah berjaya di tahun 1990-an. Mereka memproduksi berbagai jenis pakaian militer dari berbagai negara.

Sritex didirikan pada 1966 oleh H.M Lukminto sebagai perusahaan perdagangan tradisional di Pasar Klewer, Solo.

Masa kejayaan Sritex mulai di 1994 saat menjadi produsen seragam militer untuk NATO dan Tentara Jerman.

Kejayaan perusahaan garmen tersebut tak berhenti. Bahkan Sritex selamat dari Krisis Moneter di tahun 1998 dan berhasil melipatgandakan pertumbuhannya sampai 8 kali lipat dibanding waktu pertama kali terintegrasi pada tahun 1992

Namun, pada akhirnya Sritex mengalami permasalahan keuangan yang akut. Di mana perusahaan mencatatkan kenaikan utang dan defisit modal yang kian membengkak senilai Rp23 triliun.

Hingga akhir Juni 2024, aset perusahaan tercatat turun 5 persen menjadi 617 juta Dolar AS atau setara Rp9,56 triliun. Sementara itu, utang perusahaan masih berada di level tinggi yakni mencapai 1,60 miliar Dolar AS atau setara Rp24,8 triliun.

Perusahaan masih mengalami defisiensi modal (ekuitas negatif) yang pada akhir tahun lalu nilainya semakin bengkak menjadi 980 juta Dolar AS atau sekitar Rp15,19 triliun. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA