Hal ini dipicu karena kenaikan imbal hasil US Treasury yang menekan saham megacap, membuat investor menjadi kurang yakin tentang pemotongan suku bunga yang kuat dari Federal Reserve.
Dilaporkan oleh
Reuters, Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 409,94 poin, atau 0,96 persen menjadi 42.514,95.
S&P 500 menyusut 53,78 poin, atau 0,92 persen, menjadi 5.797,42. Nasdaq Composite Index juga anjlok 296,47 poin, atau 1,60 persen, menjadi 18.276,65.
Indeks berbasis S&P 500 mencatat penurunan harian ketiga berturut-turut. Dari 11 subsektor S&P, hanya utilitas dan real estat yang membukukan kenaikan.
Imbal hasil US Treasury 10 tahun mencapai titik tertinggi tiga bulan dengan investor menilai kembali prospek pemotongan suku bunga the Fed selama beberapa bulan ke depan dengan latar belakang data ekonomi yang kuat dan pemilihan presiden yang akan datang.
Saham-saham teknologi besar merasakan dampak paling parah. Apple dan Nvidia masing-masing turun lebih dari 2 persen, sementara saham Meta Platforms anjlok 3 persen. Netflix dan Amazon juga tidak luput dari tekanan, masing-masing kehilangan sekitar 2 persen.
Saham blue-chip seperti McDonald’s juga terperosok. Saham perusahaan makanan cepat saji ini anjlok 5,12 persen setelah CDC AS melaporkan wabah E-coli terkait menu Quarter Pounder. Wabah ini telah menyebabkan 10 orang dirawat di rumah sakit dan satu korban meninggal dunia, semakin menambah beban sentimen negatif pasar.
"Pasar sedang berjuang untuk mencerna kenaikan imbal hasil terbaru ini," kata Adam Turnquist, Chief Technical Strategist LPL Financial, sambil menambahkan imbal hasil yang lebih tinggi menekan saham.
Coca-Cola turun 2,07 persen setelah perusahaan itu menegaskan kembali prospek pertumbuhan laba tahunannya meski memperkirakan pendapatan yang lebih tinggi.
Sementara, saham Boeing tersungkur 1,76 persen setelah pabrikan pesawat itu melaporkan kerugian kuartalan sebesar 6 miliar Dolar AS karena aksi mogok yang melumpuhkan.
BERITA TERKAIT: