Angka ini mengalami penurunan signifikan sebesar 28 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Dikutip dari
AFP, Rabu (2/10), penjualan Nike dilaporkan menurun di hampir semua wilayah operasionalnya.
Pendapatan Nike juga merosot 10 persen menjadi Rp176,5 triliun, dengan penurunan penjualan di Amerika Utara sebesar 11 persen dan di China sebesar empat persen.
Kepala Keuangan Nike, Matthew Friend menyebutkan bahwa perusahaan terpaksa melakukan lebih banyak promosi karena penumpukan persediaan.
"Menumpuknya persediaan mengharuskan kami untuk lebih banyak melakukan promosi," katanya dalam konferensi pers.
Baru-baru ini, dalam upaya memperbaiki kinerja perusahaan, Nike juga mengumumkan bahwa Elliott Hill akan diangkat menjadi CEO yang baru mulai 14 Oktober mendatang. Hill sebelumnya pernah bekerja di Nike selama 32 tahun sebelum keluar pada 2020.
Sejauh ini, perusahaan tersebut telah mendapat tekanan dari Wall Street dan menghadapi kritik atas berbagai masalah, termasuk kurangnya inovasi produk dan sejumlah kesalahan strategis.
Nike juga menghadapi sejumlah tekanan dari Wall Street, terutama terkait kurangnya inovasi produk dan kesalahan strategis yang memengaruhi kinerja.
Friend mengakui bahwa proses pemulihan pertumbuhan akan memakan waktu.
"Secara keseluruhan, kami memperkirakan bahwa kembalinya pertumbuhan yang kuat akan membutuhkan waktu. Tapi kami yakin bahwa kami memiliki semua fondasi yang tepat, terutama dengan kepemimpinan Elliot (Hill)," katanya.
Meski demikian, saham Nike dilaporkan turun 4,8 persen setelah jam perdagangan, menunjukkan adanya reaksi negatif dari para investor atas kinerja kuartalan tersebut.
BERITA TERKAIT: