Pantauan lebih rinci memperlihatkan, kinerja saham unggulan yang kompak melakukan rebound teknikal usai terhajar keruntuhan curam di sesi perdagangan kemarin. Hampir seluruh saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan menjejak zona hijau dalam rentang bervariasi namun cenderung signifikan, seperti: BBRI, BMRI, BBCA, TLKM, BBNI, ASII, serta UNTR dan INDF. Saham unggulan tercatat menyisakan saham-saham seperti: ADRO, PTBA, ICBP dan UNVR yang terkoreksi pada pagi ini.
Sebagaimana diperkirakan sebelumnya, kinerja positif IHSG kali ini yang mendapatkan sokongan dari rilis data inflasi dan indeks aktivitas manufaktur. Laporan terkait menyebutkan, indeks aktivitas manufaktur yang lebih dikenal sebagai Indeks PMI untuk September lalu yang sebesar 49,2. Besaran angka tersebut Masih mencerminkan terjadinya kontraksi alias kelesuan pada aktivitas manufaktur di Indonesia.
Namun besaran indeks PMI tersebut masih lebih baik dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 48,9. Sebagai catatan, posisi Indeks PMI pada Agustus yang mendekati titik terendah dalam tiga tahun terakhir. Pelaku pasar akhirnya memberikan respon positif dari rilis data ini. Respon positif juga semakin terkukuhkan dengan rilis data inflasi bulanan yang oleh Badan Pusat Statistik (BPS) diklaim terjadi deflasi sebesar 0,12 persen pada September lalu. Catatan menunjukkan, deflasi yang telah terjadi dalam lima bulan terakhir. Serangkaian data tersebut kemudian berhasil menggiring pelaku pasar ke arah optimisme untuk sekaligus menghantarkan gerak rebound teknikal pada IHSG. Terkhusus pada indeks PMI, kinerja pemerintahan Jokowi yang akan berakhir 19 hari ke depan nampaknya semakin lesu hingga sulit membalikkan Indeks PMI di atas 50.
Secara umum, sikap optimis pelaku pasar di Jakarta masih belum terlalu mendapatkan sokongan dari sentimen global. Laporan sebelumnya datang dari sesi perdagangan di Wall Street berakhir positif namun dalam taraf moderat. Investor di Wall Street merespon pernyataan terkini dari pimpinan The Fed, Jerome Powell yang mengindikasikan bahwa penurunan suku bunga lanjutan ke depan tidak akan seagresif sebelumnya.
Pernyataan Powell ini sekaligus mensinyalkan penurunan suku bunga lanjutan hingga akhir tahun ini akan terjadi dua kali masing masing sebesar 0,25 persen. Pelaku pasar akhirnya menahan aksi akumulasi lebih jauh dalam menanggapi pernyataan Powell tersebut. Dan gerak naik moderat Indeks Wall Street akhirnya menjadi pilihan.
Tertahannya aksi akumulasi lebih tajam pada bursa Wall Street tersebut kemudian membuat sesi perdagangan di Asia mengandalkan sentimen domestik. Hingga sesi perdagangan pagi ini di Jakarta ditutup, gerak mixed Indeks di Asia masih bertahan sebagai akibat konsekuensi teknikal. Indeks ASX200 (Australia) turun signifikan 0,73 persen di 8.209,4. Sedangkan Indeks Nikkei (Jepang) berhasil membukukan rebound teknikal dengan melonjak tajam 1,99 persen di 38.674,84. Bursa saham Korea Selatan bersama Hong Kong dan China dilaporkan libur pada hari ini.
Dolar AS Masih di Atas Rp15.000Kinerja gemilang IHSG terlihat berkebalikan dengan nilai tukar Rupiah di pasar uang. Pantauan menunjukkan, seiring dengan kecenderungan yang sedang berlangsung di pasar global, Rupiah menapak zona pelemahan secara konsisten. Hingga ulasan ini disunting, Rupiah masih diperdagangkan di kisaran Rp15.194 per Dolar AS atau melemah 0,4 persen.
Klaim terjadinya deflasi untuk lima bulan terakhir secara beruntun, terlihat hanya sedikit mengangkat nilai tukar Rupiah. Pantauan RMOL menunjukkan, Rupiah yang mencoba mengikis pelemahan usai rilis terjadinya deflasi tersebut. Namun gerak mengikis pelemahan yang masih terlalu tipis.
Masih kukuhnya gerak di rentang sempit pada mata uang utama dunia usai merosot tajam pada sesi Senin malam waktu Indonesia Barat, membuat Rupiah kesulitan untuk menjejak zona penguatan. Situasi yang sama juga terlihat nyaris seragam pada seluruh mata uang Asia.
Hingga sesi siang ini berlangsung, seluruh mata uang Asia kompak terjerembab dalam zona pelemahan dalam rentang bervariasi. Pelemahan tersuram mendera Ringgit Malaysia yang kini telah merosot lebih dari 1 persen.
BERITA TERKAIT: