Pelaku pasar mencoba bertaruh untuk sekaligus menekankan posisi indeks Dolar AS yang telah cukup tinggi. Pantauan menunjukkan posisi indeks Dolar AS yang kini berada di titik terendahnya sepanjang 2025 akibat tekanan jual yang tergelar. Situasi tersebut sekaligus mencerminkan geek balik penguatan mata uang utama dunia yang kemudian menjalar hingga pasar Asia dalam memungkasi pekan ini.
Pantauan di pasar Asia memperlihatkan, kinerja nilai tukar mata uang Asia yang masih bervariasi dan dalam rentang sempit hingga sesi perdagangan sore ini berlangsung. Investor di Asia kali ini hanya mendapatkan bekal sentimen regional dari rilis data inflasi tahunan terkini Jepang yang disebutkan melonjak hingga kisaran 4 persen untuk Januari lalu. Rilis tersebut sekaligus membuka lebar peluang bagi Bank Sentral Jepang, BoJ untuk menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Kinerja positif, meski dalam rentang terbatas, akhirnya mampu ditorehkan sejumlah mata uang Asia. Dolar Hong Kong, Yuan China serta Rupiah dan Ringgit Malaysia terpantau mampu menjangkau zona penguatan hingga sesi perdagangan sore ini berlangsung. Sementara selebihnya mata uang Asia masih terjebak di zona pelemahan moderat.
Terkhusus pada Rupiah, kinerja penguatan terlihat lumayan signifikan di awal sesi perdagangan pagi dengan sempat konsisten menjejak kisaran Rp16.200-an per Dolar AS. Namun secara perlahan penguatan Rupiah terkikis hingga sesi perdagangan sore. Terkini, Rupiah masih diperdagangkan di kisaran Rp16.300 per Dolar AS alias menguat moderat 0,15 persen.
Laporan dari jalannya sesi perdagangan menyebutkan, pelaku pasar yang mendapatkan sajian sentimen domestik dari pentas politik nasional dalam menjalani sesi. Adalah langkah Komisi Pemberantasan Korupsiatau KPK yang akhirnya melakukan penahanan terhadap Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
Sentimen domestik lain juga datang dari aksi demonstrasi mahasiswa bertajuk Indonesia Gelap yang berlanjut dengan melibatkan ribuan mahasiswa. Rangkaian sentimen domestik yang tersedia akhirnya cenderung membatasi kinerja Rupiah dalam mencetak penguatan yang mendapatkan sokongan dari sentimen global.
BERITA TERKAIT: