Peringkat kredit ini merupakan opini mengenai kemampuan dan kemauan penerbit utang, seperti perusahaan atau pemerintah untuk memenuhi kewajiban keuangannya tepat waktu dan penuh.
Seperti dikutip dari
CNN, Rabu (14/8), penurunan peringkat kredit ini dapat mempersulit suatu negara untuk meminjam uang.
Pasalnya peringkat kredit bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan investor, pelaku pasar lainnya, perusahaan, dan pemerintah.
Adapun penurunan ini menandakan adanya kerugian finansial Tel Aviv akibat perang Israel-Hamas yang juga telah mengakibatkan puluhan ribu orang terbunuh dan mengguncang global. Analis Fitch menilai konflik di Gaza bisa berlangsung hingga 2025 dan konflik berisiko meluas.
"Penurunan peringkat ke A mencerminkan dampak berlanjutnya perang di Gaza, meningkatnya risiko geopolitik dan operasi militer di berbagai bidang," kata Fitch dalam sebuah pernyataan.
Lembaga pemeringkat internasional itu menambahkan selain korban jiwa, perang di Gaza juga dapat mengakibatkan tambahan belanja militer yang signifikan, kehancuran infrastruktur, dan kerusakan berkelanjutan terhadap aktivitas ekonomi dan investasi, sehingga menyebabkan semakin memburuknya metrik kredit Israel.
Menanggapi keputusan Fitch, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mengatakan penurunan peringkat merupakan hal yang "alami" mengingat perang dan risiko geopolitik. Namun, ia menambahkan bahwa perekonomian Israel tetap kuat.
"Perekonomian Israel kuat dan kami menjalankannya dengan benar dan bertanggung jawab. Indikator ekonomi menunjukkan kekuatan ekonomi dan tingginya kepercayaan yang kita miliki terhadap pasar," kata Smotrich.
Fitch memperkirakan defisit anggaran Israel akan mencapai 7,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2024, naik dibandingkan 4,1 persen pada 2023.
Selain itu, Fitch juga menaksir utang Israel terhadap PDB akan tetap di atas 70 persen pada 2025, padahal median rasio peringkat kredit A adalah 55 persen.
BERITA TERKAIT: