Pakar hubungan internasional (HI) dari Universitas Indonesia (UI) Prof. Hikmahanto Juwana menyoroti protes tersebut.
Menurut dia, pemerintah harus waspada terhadap aksi balasan dari China. Sebab, adanya protes secara langsung dari China terhadap penyelidikan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI), bisa memicu potensi retaliasi perdagangan oleh China terhadap produk Indonesia.
China, kata Hikmahanto, diprediksi terlebih dahulu akan melakukan upaya hukum dengan melaporkan Indonesia melalui
Dispute Settlement Body (DSB) ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas dugaan persoalan kajian KADI yang dinilai janggal tersebut.
“Kalau dianggap tidak kredibel bisa dibawa ke PTUN atau
Dispute Settlement Body di WTO,” kata Hikmahanto kepada wartawan, Senin (12/8).
Lanjut dia, potensi retaliasi perdagangan antara Indonesia?"China atas pengenaan BMAD terhadap ubin keramik porselen dapat merugikan Indonesia. Dia menyebut tindakan itu akan dilakukan China setelah keputusan resmi dari WTO terkait sengketa kajian KADI tersebut.
“Kalau ada retaliasi itu harus menunggu putusan dari DSB WTO, jadi tidak boleh sepihak,” ucapnya.
Ditegaskan Hikmahanto, jika tuduhan China atas kejanggalan KADI itu terbukti akan merugikan perekonomian Indonesia yang memicu reaksi keras dari China.
“Prinsipnya mekanisme putusan KADI kan memang diatur dalam WTO Agreement dan kalau tidak puas bisa dieskalasi ke DSB WTO,” pungkasnya.
Diketahui, surat dari China Chamber of Commerce of Metals, Minerals & Chemicals Importers & Exporters (CCCMC) yang beredar di kalangan wartawan pada Kamis (8/8) ditujukan kepada kementerian dan lembaga terkait yang tergabung dalam tim Pertimbangan Kepentingan Nasional (PKN).
Dalam isi suratnya, CCCMC merasa kecewa atas hasil penyelidikan KADI yang menemukan adanya
margin dumping terhadap produk keramik China. Sebab, kajian KADI dianggap tidak berdasarkan data dan fakta yang kredibel.
BERITA TERKAIT: