Bahlil menjelaskan pembangunan industri terpadu itu semula merupakan permintaan Presiden Jokowi untuk menampung sejumlah industri yang hengkang dari China. Saat itu industri-industri tersebut belum ada satu pun yang masuk ke Indonesia.
Pada awalnya, kawasan industri yang akan ditunjuk daerah Brebes. Namun, lahan di sana merupakan bekas tambak udang yang membutuhkan waktu untuk reklamasi, sehingga akhirnya dipilih Kabupaten Batang semula hanya sebagai alternatif.
CEO Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengapresiasi pemilihan dan keberhasilan pengembangan KITB yang mempunyai beberapa keunggulan dan faktor potensial.
“Pertama, letak geografis di koridor industri utara Pulau Jawa dengan sejumlah komoditas potensial wilayah sekitarnya, terutama dari industri pengolahan,” kata Setijadi dalam keterangan yang diterima redaksi, Rabu (7/8).
Berdasarkan BPS, pada periode Januari-Juni 2024, komoditas yang diekspor dari Jawa Tengah didominasi industri pengolahan (94,92 persen), diikuti migas (3,40 persen) dan pertanian (1,67 persen) dengan nilai total 5.392,14 juta Dolar AS.
“Kedua, konektivitas dengan jaringan jalan tol dan kedekatan dengan rel,” jelas dia.
Ketiga, sambungnya, kedekatan dan konektivitas dengan beberapa infrastruktur logistik seperti Bandara Ahmad Yani (50 km), Pelabuhan Tanjung Emas (65 km), dan Pelabuhan Tanjung Priok (5 jam).
“Keempat, kedekatan dengan sumber pasokan energi, yaitu PLTU dan PLTSm” tambah dia.
Dengan mempertimbangkan berbagai aspek strategis maupun teknis serta potensinya, SCI merekomendasikan pengembangan KITB dengan menggunakan masterplan berdasarkan enam aspek berikut.
“Pertama, orientasi pengembangan berdasarkan pemetaan antara penawaran (
supply) dan permintaan (
demand) untuk komoditas potensial wilayah sebagai strategi pengembangan kawasan industri yang efisien dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Kedua, lanjut Setijadi, pengembangan strategi peningkatan output, outcome, dan benefit bagi industri dan ekonomi wilayah dan nasional.
“Ketiga, dengan mempertimbangkan letak KITB yang dekat dengan infrastruktur logistik (pelabuhan, jalan tol, dan rel), fokus pengembangan diarahkan untuk peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur, termasuk modernisasi dan pemanfaatan teknologi informasi,” bebernya.
Masih kata dia, keempat, pembangunan
dry port untuk memanfaatkan kedekatan dengan jaringan rel dan pelabuhan untuk meningkatkan efisiensi biaya transportasi dan logistik.
“Kelima, pembangunan
logistics center sebagai
shared facilities dan pusat konsolidasi bagi industri di KITB untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan logistik,” bebernya lagi.
“Keenam, pemanfaatan teknologi informasi untuk memantau aktivitas logistik dan pergerakan komoditas antar pelaku usaha, termasuk untuk pemantauan secara
real-time,” pungkasnya.
BERITA TERKAIT: