Angka tersebut anjlok 44 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp108 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) Jumat (26/7), pendapatan dan laba bersih PJAA tercatat lesu pada enam bulan pertama tahun ini.
Kinerja keuangan yang turun ini terjadi setelah pendapatan usaha PJAA di semester I-2024 hanya mencapai Rp568 miliar, turun 2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp579 miliar.
Sementara beban pokok pendapatan dan beban langsung PJAA masing-masing ikut naik menjadi Rp20 miliar dan Rp273 miliar. Untuk itu, laba bruto PJAA pada periode ini turun sekitar 11 persen menjadi Rp275 miliar.
Kenaikan beban ini berlanjut pada komponen beban umum dan administrasi dari Rp105 miliar menjadi Rp121 miliar. Sedangkan beban penjualan naik dari Rp9 miliar menjadi Rp15 miliar, dan beban lain-lain juga ikut naik dari Rp10 miliar menjadi Rp14 miliar.
Di sisi lain, khusus pada kuartal II-2024 ini, laba bersih Jaya Ancol tercatat turun 25 persen dari Rp63 miliar menjadi Rp47 miliar. Sementara pendapatan usaha turun 2 persen dari Rp318 miliar menjadi Rp312 miliar.
Direktur Utama PJAA Winarto sebelumnya sempat mengatakan bahwa pada tahun ini perseroan sedang fokus pada dua lini bisnis utama, yakni mengoptimalkan pendapatan berulang (recurring income) dan pengembangan properti di Ancol.
Saat ini PJAA disebut tengah menyiapkan pengembangan lahan untuk mendorong pendapatan, termasuk revitalisasi Cottage Putri Duyung Ancol.
BERITA TERKAIT: