Angka penjualan ini naik tiga persen dibandingkan periode tahun lalu dan melampaui ekspektasi pasar.
Seperti dikutip dari
Associated Press, Rabu (24/7), laba bersih Coca-Cola tercatat mencapai 2,4 miliar Dolar AS (Rp39 triliun) pada periode April-Juni 2024, turun lima persen dari periode lalu namun lebih tinggi dari perkiraan analis.
"Permintaan konsumen secara keseluruhan masih cukup kuat," kata Kepala dan CEO Coca Cola James Quincey dalam pernyataannya.
Dengan meningkatnya kinerja penjualan di kuartal II yang lewat dari ekspektasi ini, Coca Cola lantas memperkirakan bahwa pertumbuhan penjualan dapat mencapai 9-10 persen di sepanjang tahun ini.
Pendapatan perusahaan minuman bersoda asal AS itu masih tetap tumbuh meski Coca Cola menghadapi boikot dari beberapa negara, terutama Indonesia karena diduga berafiliasi dengan Israel.
Selain itu, penjualan juga masih tetap meningkat, meski perusahaan tersebut berulang kali menaikkan harga produknya sebanyak sembilan persen pada kuartal kedua, setelah kenaikan 13 persen di triwulan sebelumnya.
Quincey beralasan kenaikan harga itu terpaksa dilakukan karena lonjakan biaya operasional.
“Kita masih menghadapi kenaikan biaya input, khususnya harga komoditas pertanian,” kata Quincey.
BERITA TERKAIT: