Seperti dikutip dari
Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent tercatat turun 55 sen atau minus 0,7 persen menjadi 84,48 Dolar AS (Rp1,36 juta) per barel.
Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS dibanderol 81,65 Dolar AS (Rp1,32 juta) per barel, turun 56 sen atau ikut minus 0,7 persen dibandingkan perdagangan sebelumnya.
Di sisi lain, mata uang Dolar AS justru menguat hari ini di tengah ketidakpastian politik di negara Paman Sam itu.
Sedangkan obligasi berjangka AS terpantau tergelincir pagi ini, karena investor bertaruh bahwa serangan terhadap Trump saat kampanye pada Minggu (14/7) diyakini dapat membuatnya terpilih kembali dalam pemilihan presiden mendatang.
"(Dolar AS) diharapkan menjadi penerima manfaat dari upaya pembunuhan terhadap mantan Presiden Trump karena meningkatkan peluang terpilihnya kembali," kata analis pasar IG Tony Sycamore.
Penguatan dolar ini telah menyebabkan turunnya harga minyak dunia karena pembeli yang menggunakan mata uang lain harus membayar lebih untuk minyak mentah dalam mata uang dolar.
Adapun pada perdagangan pekan lalu, Brent sempat anjlok lebih dari 1,7 persen, dan minyak WTI ikut turun 1,1 persen karena lemahnya permintaan minyak di China, importir utama dunia.
Data tersebut menunjukkan lemahnya permintaan China yang tercermin dari impor minyak mentah Negeri Tirai Bambu yang lesu 2,3 persen pada semester pertama tahun ini menjadi 11,05 juta barel per hari.
BERITA TERKAIT: