Berdasarkan berita yang beredar, rencana impor KRL ke China itu dilakukan karena adanya sejumlah ancaman dari China kepada Indonesia.
China melalui China Development Bank (CDB) dikabarkan mengancam akan menahan gelontoran pinjamannya untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) Whoosh jika Indonesia tetap memilih untuk mengimpor KRL dari Jepang.
Menanggapi kabar yang beredar tersebut, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Mohamad Risal Wasal, mengatakan bahwa hingga saat ini dia belum mendapatkan informasi lengkap mengenai alasan di balik keputusan KCI. Meski demikian, Risal menegaskan bahwa keputusan itu sepenuhnya memang diberikan kepada pihak KCI.
"Saya belum dapat informasi mengenai itu (impor KRL dari China). Memang kewenangan untuk pengadaan sarana ada di operator. Komunikasilah. Artinya proses itu, kita ngasih standardnya, standard kereta api. Dia (KCI) boleh milih dari (negara) manapun," kata Risal pada Rabu (7/2).
Sementara itu, Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, membantah isu tekanan dari China terkait pembelian KRL baru.
Ia menegaskan bahwa tidak ada ancaman dari China yang memengaruhi keputusan Indonesia untuk tidak melanjutkan pembelian KRL dari Jepang.
"Enggak, enggak ada (ancaman China). Itu (impor KRL) sedang kita kaji, kan kita lagi bikin di INKA juga. Sedang kita kaji," kata Tiko.
Proses impor KRL yang menjadi kontroversi ini terjadi setelah KAI Commuter baru-baru ini memutuskan untuk membeli 3 rangkaian kereta baru dari China, dengan tipe KCI-SFC120-V dari perusahaan China, CRRC Sifang Co., Ltd.
Pihak KCI menyatakan bahwa keputusan ini merupakan bagian dari pemenuhan sarana KRL Jabodetabek dan telah dibahas dalam Rapat Koordinasi pada Juni 2023, yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Selain impor dari China, KCI diketahui juga menandatangani kerja sama pengadaan 16 rangkaian sarana KRL baru dari PT INKA.
BERITA TERKAIT: