Demikian yang dikatakan Ketua Group Ekspor Impor Indonesia, Jonny Sinaga, kepada
Kantor Berita Politik RMOL pada Rabu (8/11).
"Birokrasi yang terlalu banyak itu, secara psikologis orang yang baru melakukan ekspor akan menghambat mereka," ujar Jonny.
Ketua sekaligus penggagas Group Ekspor Impor itu mencontohkan negara lain seperti Singapura, yang tidak memiliki birokrasi yang berbelit-belit, sehingga pertumbuhan ekspornya meningkat.
Lebih lanjut, Jhonny menjelaskan bahwa meskipun Menteri Investasi Indonesia Bahlil Lahadalia telah memperkenalkan Online Single Submission (OSS) untuk mempermudah ekspor, namun OSS disebut masih tidak dapat menjawab masalah para pengekspor.
"Kenyataannya (OSS) tidak selalu mudah. Sudah puluhan tahun, OSS tidak bisa menjawab permasalahan ini," katanya
Untuk itu, pria yang pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Argentina berharap para pemangku kepentingan dapat mengatasi masalah birokrasi itu agar ekspor Indonesia dapat meningkat.
Adapun pada 2023, ekspor Indonesia tahun ini diprediksi menurun akibat melesunya pengiriman, berbeda dengan dua tahun terakhir yang mencapai 292 miliar dolar (Rp 4.575 triliun) pada 2022, dan 231 miliar dolar (Rp 3.619 triliun) pada 2021.
BERITA TERKAIT: