Khususnya untuk komoditas-komoditas potensial yakni udang, kepiting, lobster, nila salin, dan rumput laut.
“Kenapa lima komoditas ini? Karena memiliki pangsa pasar yang tinggi sehingga akan berperan penting pada pertumbuhan ekonomi Indonesia dan peningkatan kesejahteraan masyarakat," ujar Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu dalam keterangan tertulis, Minggu (15/10).
Merujuk data Future Market Insights 2023, potensi pasar udang global diperkirakan mencapai nilai 60,4 miliar Dolar AS tahun ini. hal itu akan meningkat menjadi 123,8 miliar Dolar AS pada 10 tahun ke depan.
Sedangkan pasar rumput laut global diperkirakan mencapai nilai 7,79 miliar Dolar AS tahun ini dan akan meningkat menjadi 19,66 miliar Dolar AS pada tahun 2033.
Kemudian ikan nila global nilainya mencapai 13,9 miliar Dolar AS tahun ini dan akan meningkat menjadi 21,6 miliar Dolar AS sepuluh tahun ke depan.
Lalu kepiting mencapai nilai 0,8792 miliar Dolar AS pada tahun 2023 dan akan meningkat menjadi USD1,5161 miliar Dolar AS pada tahun 2033. Terakhir lobster juga memiliki potensi pasar luar biasa diperkirakan mencapai nilai 7,2 miliar Dolar AS sampai akhir tahun nanti.
Di tengah besarnya potensi pasar tersebut, sambung Tebe akrab disapa, terdapat sejumlah tantangan pengembangan perikanan budidaya nasional.
Di antaranya inovasi teknologi pengembangan pakan alternatif pengganti tepung ikan dari bahan baku lokal dan pakan alami. Selain itu inovasi pengembangan kajian rekayasa mitigasi atas dampak perubahan iklim dalam budidaya ikan.
Untuk itu dia mengajak perguruan tinggi bersama-sama pemerintah menghadirkan inovasi-inovasi menjawab tantangan tersebut.
“KKP sejauh ini sudah mengambil sejumlah langkah strategis di antaranya membangun modelling Budidaya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) di Kebumen, Jawa Tengah,” jelasnya.
Kemudian, pihaknya juga tengah membangun modelling budidaya untuk nila salin dan rumput laut. KKP juga memiliki program kampung perikanan budidaya untuk menyokong penguatan produksi pembudidaya di sejumlah daerah.
Menurut Tebe, keterlibatan perguruan tinggi akan memperkuat upaya yang sudah dilakukan KKP. Sebab perguruan tinggi memiliki sarjana perikanan punya kemampuan dalam menjalankan
breeding program, bioteknologi dan sistem klaster komoditas unggulan berbasis kawasan.
“Perguruan tinggi memiliki sarjana?"sarjana perikanan berdaya saing dan berkompeten secara teknis. Memiliki
high order thinking skill, kemampuan memecahkan masalah yang kompleks,” pungkasnya.
BERITA TERKAIT: