Untuk keluar dari masalah tersebut, China diduga berusaha merayu banyak perusahaan Barat agar mau menyuntikkan dana investasi dengan jaminan bahwa regulasi baru akan dibuat lebih ramah.
Mengutip
CNN pada Kamis (21/9), sebuah simposium dengan perwakilan dari perusahaan Barat digelar oleh Gubernur Bank Rakyat Tiongkok (PBOC), Pan Gongsheng, awal pekan ini.
Pertemuan ini menghadirkan delegasi dari JP Morgan, Tesla (TSLA), HSBC (HSBC), Deutsche Bank (DB), BNP Paribas, MUFG Bank Jepang, produsen bahan kimia Jerman BASF, pedagang komoditas Trafigura dan Schneider Electric.
Dalam pernyataannya, disebutkan bahwa simposium diadakan untuk meningkatkan dukungan keuangan guna membantu menstabilkan perdagangan luar negeri dan investasi asing di China.
"Simposium dimaksudkan untuk meningkatkan lingkungan investasi bagi bisnis asing," bunyi laporan tersebut.
Itu dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan investor asing di tengah melambatnya perekonomian China yang ditandai dengan lemahnya permintaan domestik dan krisis perumahan, prioritas keamanan nasional dan memburuknya hubungan dengan Barat.
Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Perdagangan China pekan lalu menyebut bahwa dalam delapan bulan terakhir, investasi asing langsung (FDI) ke Beijing turun 5,1 persen dibandingkan tahun lalu.
Kemudian data SAFE menyebut bahwa FDI pada bulan April hingga Juni turun menjadi hanya (Rp 75 triliun turun 87 persen dari tahun sebelumnya di periode yang sama.
Jumlah tersebut merupakan yang terendah dalam satu kuartal sejak pencatatan dimulai pada tahun 1998.
Survei iklim bisnis yang dirilis oleh Kamar Dagang Amerika di Shanghai menunjukkan bahwa 40 persen responden mengalihkan atau berencana mengalihkan investasi yang awalnya direncanakan untuk Tiongkok ke negara lain, terutama di Asia Tenggara.
Jumlah pengalihan itu meningkat dibandingkan dengan 34 persen responden yang berencana mengalihkan investasi tahun lalu.
BERITA TERKAIT: