Ketua Asosiasi Franchise Indonesia Andrew Nugroho mengatakan, pertumbuhan bisÂnis franchise hingga akhir 2018 akan sama dengan capaian tahun lalu "Enggak besar pertumbuhan di sekitar 5 persen," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Meski terbilang stagnan, hal itu diklaim merupakan capaian yang baik. "Itu dari penjualan franchise-nya ya. Tapi kalau dari penjualan produknya berkembang cukup pesat lebih dari itu. Itu mungkin bisa sampai hampir 10 persen karena banyak yang buka cabang di berbagai kota," katanya.
Andrew tak menampik perÂtumbuhan industri waralaba yang masih stagnan disebabkan sulitnya membangun pengusaha franchise agar bisa berdaya saing tinggi. "Tapi kami tetap yakin bisa mengalami pertumbuhan yang lebih baik ke depannya," ungkapnya.
Waralaba merupakan bisnis yang tahan terhadap gejolak ekonomi. Menurut dia, meskipun pertumÂbuhan ekonomi dan perdagangan internasional stagnan, rupiah anjlok tidak mempengaruhi perkembanÂgan bisnis model franchise.
Ketersediaan bahan baku juga sudah tidak menjadi persoalan. "Sekarang bisnis-bisnis itu pakai bahan baku lokalnya sudah cuÂkup banyak. Sudah sedikit sekali yang pakai bahan baku impor," ungkap Andrew.
Dia mengungkapkan, harga-harga jual produk-produk bisnis franchise barang dan jasa tidak mengalami lonjakan yang signifiÂkan akibat perkembangan ekonoÂmi tersebut. Lantaran, inflasi yang stabil dan daya beli masyarakat yang masih baik mampu membuat harga jual terjaga.
"Kami ngikutin kenaikan harga kurang lebih sama kayak inflasi. Jadi sekitar 4,5 sampai 5 persen. Wajar sih kalau empat lima persen itu masih wajar, karena semua biaya-biaya sewa bahan baku naik. Sebagian besar sudah naik sih," papar Andrew.
Dia pun optimistis, perkembanÂgan bisnis franchise hingga tahun depan masih bisa melonjak tinggi, yakni dua kali lipat dari 250 lebih franchise yang sudah terdaftar di Indonesia saat ini. Baik untuk franchise lokal maupun asing yang saat ini perbandingannya 70 banding 30 persen.
"Asing 30 persen. Konsep-konsep lokal tuh sudah banyak yang bagus-bagus sekarang ini. Banyak anak-anak muda yang bisnisnya menarik. Yang lokal tambah lebih banyak. Lokal mungkin tumbuh 10 sampai 11 persen," tukasnya.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian PerdaÂgangan (Kemendag) Tjahya Widayanti mengatakan, perkemÂbangan industri waralaba di internasional memang terus tumÂbuh. "Industri ini juga menyerap banyak tenaga kerja," ujarnya.
Dia menyebutkan, berdasarÂkan data World Frenchise CounÂcil, saat ini terdapat dua juta waralaba telah beri kesempatan kerja untuk 19 juta orang. JumÂlah tersebut telah berkontribusi rata-rata sebesar 2,7 persen terÂhadap produk domestik bruto nasional di setiap negara.
Sementara itu di Indonesia sendiri, kata dia, berdasarkan data Kemendag terdapat 555 merek usaha waralaba dengan potensi gerai yang terus berkemÂbang mencapai 45 ribu gerai. Total nilai produksi barang dan jasa dari segmen bisnis tersebut pun dikatakannya mencapai 17,52 miliar dolar AS.
"Kementerian Perdagangan mendorong tumbuhnya warÂalaba yang terstandardisasi dan berdaya saing tinggi. Kita cananÂgkan program pengembangan waralaba dalam negeri melalui mengikutsertakan pameran baik di dalam maupun luar negeri," tegasnya. ***
BERITA TERKAIT: