Hal itu diutarakan ekonom senior Faisal Basri dalam diskusi yang diselenggarakan Fraksi Partai Gerindra di Komplek Parlemen, Jakarta, Senin (22/10).
"Kalau surplus itu harus bisa diserap untuk disalurkan kembali pada masa paceklik, maka pangan kita bisa stabil. Oleh karena itu kita mempertanyakan peranan Bulog," ujarnya.
Menurut Faisal, peranan Bulog sejatinya bisa menjadi lumbung nasional yang mampu memperhitungkan kebutuhan beras baik di masa surplus maupun paceklik. Dia mengingatkan bahwa konsep lumbung pangan merupakan sistem asli Indonesia yang sudah turun temurun diterapkan masyarakat.
"Sekarang kita tidak ada lagi mekanisme lumbung desa sehingga petani itu tidak punya lagi jaring-jaring pengaman sosial ketika masa paceklik," terangnya.
Dia mencontohkan, sistem pengelolaan hasil pertanian di Sumatera Barat yang memiliki bank padi. Dalam mekanisme itu, petani menyisihkan 20 persen hasil panen untuk disimpan.
"Nanti petani kalau membutuhkan bisa mengambil dari tabungannya, makanya namanya bank," kata Faisal.
Penerapan mekanisme seperti itu juga merujuk pada kitab suci Al Quran dan Injil.
"Kalau yang beragama Kristen silakan baca Kitab Kejadian, yang agama Islam baca Surat Yusuf ayat 46-49. Itu bercerita tentang Nabi Yusuf, jika engkau panennya bagus sisanya engkau tabung sehingga tabungan kamu cukup memenuhi siklus tujuh tahunan," demikian Faisal.
[nes]
BERITA TERKAIT: