Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assiya Szami Ilman mengatakan, kembali naiknya suku bunga acuan BI sebagai bentuk upaya mempertahankan daya saing pasar keuangan dan menjaga defisit transaksi berjalan. Keputusan tersebut tepat untuk saat ini, dikarenakan adanya potensi The Fed akan menaikkan suku bunga kembali pada September dan akhir 2018.
"Langkah menaikkan suku bunga acuan diharapkan bisa menumbuhkan insentif investasi di produk keuangan domestik. Sehingga, peningkatan suku bunga acuan BI 7DRR sudah sewajarnya dilakukan," jelasnya kepada wartawan, Kamis (16/8).
Ilman menjelaskan, perlu juga pemerintah melakukan financial deepening atau meningkatkan ketersediaan jasa keuangan dalam bentuk kemudahan akses produk keuangan bagi masyarakat. Dengan menggiatkan financial deepening, perekonomian Indonesia dapat lebih tahan akan goncangan perekonomian global.
"Sebagai salah satu negara dengan populasi terbanyak di dunia, Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan partisipasi dalam jasa keuangan. World Bank’s Global Findex menunjukkan bahwa hingga 2017, baru 49 persen masyarakat Indonesia yang memiliki akun di lembaga keuangan. Selain dari sisi individu, pemerintah juga dapat mendorong instansi pemerintah dan juga BUMN untuk melakukan investasi dalam bentuk obligasi pemerintah," paparnya.
Walau begitu, BI tetap perlu mengantisipasi langkah The Fed yang diprediksi akan kembali menaikkan suku bunga sebanyak dua bahkan tiga kali hingga awal 2019. Kenaikan suku bunga tersebut nantinya dikhawatirkan kembali melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Pelemahan nilai mata uang rupiah tersebut akan berdampak kepada berbagai kegiatan ekonomi, terutama di bidang perdagangan internasional. Produk-produk industri yang menggunakan bahan mentah yang diimpor akan mengalami peningkatan biaya produksi sehingga dapat menurunkan daya saing produk karena harga yang menjadi lebih mahal. Selain itu, komoditas pangan yang diimpor seperti beras, gula, dan daging sapi juga akan mengalami kenaikan harga karena nilai rupiah yang semakin melemah," demikian Ilman.
[wah]
BERITA TERKAIT: