Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengaku gemes pertumbuÂhan ekonomi Indonesia stagnan. Karena, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) terus mengalami kenaikan. APBN naik sekitar 100 persen setiap 10 tahun. Tahun ini, APBN ditetapkan sebesar Rp 2.221 triliun.
"Angka itu naik hampir dua kali lipat dari APBN 2008. Bahkan, satu dekade sebelumÂnya, APBN hanya separuhnya sekitar Rp 500 triliun. Tapi, sayangnya kok pertumbuhan ekonomi tetap 5 persen," kata JK saat membuka rapat koordiÂnasi nasional Pengawasan Intern Pemerintah 2018 di gedung Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Jakarta, kemarin.
JKmenilai, salah satu penyebab mandeknya laju pertumbuÂhan ekonomi karena tingginya belanja barang dibandingkan belanja modal. Anggaran beÂlanja barang tahun ini sekitar Rp 300 triliun. Sedangkan anggaran belanja modal hanya sekitar Rp 200 triliun.
Menurut JK, pemerintah ke depan perlu merencanakan penÂgeluaran dengan baik sekaligus mengawasi aliran dananya. SeÂhingga efeknya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Untuk memastikan perbaikan itu berjalan, lanjut JK, perlu ada peningkatan kinerja BPKP untuk mengawasi belanja barang. Sebab, lembaga itu memiliki peran yang beragam mulai dari audit, evaluasi, hingga pelatihan.
JK melihat, pengawasan yang dilakukan BPKP sejauh ini kurang efektif. Karena, bila pengawasan di internal pemerintah ketat, pihak yang berurusan dengan KPK bisa berkurang.
"Kalau mau dihubungkan pengawasan dengan KPK, artiÂnya kalau KPK makin banyak pasiennya, itu berarti pengaÂwasan tidak efektif. Pengawasan efektif apabila pasien KPK berkurang," jelasnya.
JK meminta BPKP untuk mengevaluasi, memberi pelatihan kepada pemerintah daerah baik di level provinsi maupun kabupaten/kota selaku pengguna anggaran untuk meÂmanfaatkan anggaran dengan efektif.
Semester I Berjalan BaikDi tempat terpisah, MenÂteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati yakin, asumsi makro APBN 2018 semester l terencana dalam kondisi baik. Dia memproyeksi, pertumbuhan ekonomi semester Idiperkirakan sebesar 5,1 persen. Sedangkan, semester II 2018 diprediksi 5,3 persen.
"Dengan demikian, pertumbuÂhan tahun ini adalah 5,2 persen," ujar Ani --panggilan akrab Sri Mulyani.
Untuk laju inflasi, Ani memÂperkirakan, semester I-2018 sebesar 3,1 persen. Sedangkan di semester II3,5 persen. Adapun hingga akhir tahun ini, Ani optiÂmistis laju inflasi akan sebesar 3,5 persen, sesuai dengan target APBN 2018 sebesar 3,5 persen.
Untuk nilai tukar rupiah terÂhadap dolar AS, Ani meramal, selama semester Isebesar Rp 13.746 dolar AS. Hal ini diÂakuinya sudah melebihi target hingga akhir tahun yang sebesar Rp 13.400 dolar AS. Untuk seÂmester II, rupiah diperkirakan Rp 14.200 dolar AS. Sehingga sampai akhir tahun kurs berada di level Rp 13.973 dolar AS.
Selanjutnya, lifting minyak bumi sebesar 758.000 barel per hari, masih di bawah target APBNP 2017 yang sebesar 800.000 barel per hari. SedangÂkan lifting gas sebesar 1,146 juta barel. ***
BERITA TERKAIT: