Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Debt Services to Export Ratio Indonesia “Lampu Merah”!

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/gede-sandra-5'>GEDE SANDRA</a>
OLEH: GEDE SANDRA
  • Selasa, 07 November 2017, 08:55 WIB
Debt Services to Export Ratio Indonesia “Lampu Merah”<i>!</i>
*Sumber: http://datatopics.worldbank.org/debt/ids/
DEBT Services to Export Ratio adalah rasio antara total bunga dan cicilan pokok utang suatu negara  dibagi dengan total ekspor suatu negara. Rasio ini menggambarkan kesanggupan suatu negara melunasi membayar kewajiban utangnya setiap tahun berbasis pada pendapatan ekspor negara tersebut. Rasio ini kami pandang jauh lebih masuk akal dalam membandingkan kemampuan bayar utang suatu negara dibandingkan dengan rasio yang umum digunakan, yaitu rasio total utang suatu negara terhadap PDB.
Selamat Berpuasa

Bagi negara-negara berkembang, berdasarkan Debt Services Framework (DSF) IMF dan Bank Dunia ditetapkan batas (threshold) atas yang aman untuk rasio debt services terhadap ekspor adalah sebesar  25 persen. Di bawah ini ditampilkan grafik yang menunjukkan besar rasio dari delapan negara berkembang di kawasan  Asia Tenggara -dua negara di kawasan, Brunei dan Singapura, tidak termasuk karena dikategori negara maju atau berpendapatan tinggi.
 
Terlihat, dari negara-negara peer, sesama negara berkembang (developing countries)di kawasan Asia Tenggara, Indonesia memiliki rasio debt services terhadap ekspor yang tertinggi, mencapai 39.6%. Nilai ini jauh melewati batas aman rasio berdasarkan DSF IMF dan Bank Dunia yang sebesar 25%. Dengan kata lain sebenarnya Indonesia sudah masuk “lampu merah”, sedangkan  tujuh negara peer lainnya (Kamboja, Myanmar, Thailand, Filipina, Laos, Malaysia, dan Vietnam) masih sangat aman, alias “lampu hijau”.
Hasil yang serupa juga diperoleh bila Indonesia dibandingkan dengan sesama negara-negara berpenduduk besar di kawasan Asia, seperti China, India, Pakistan, dan Bangladesh. Dapat dilihat pada grafik di di atas*, rasio debt services terhadap ekspor Indonesia masih yang tertinggi di antara kelima negara berpopulasi terbesar di kawasan Asia.

Jadi,kesimpulannya: dibandingkan dengan negara tetangga  di Asia Tenggara maupun dengan sesama negara berpopulasi besar di kawasan Asia Pasifik, Indonesia tetap masuk “lampu merah” dalam hal kemampuan bayar utang berbasis ekspor.[***]





 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA