Jika Dibiarkan, RI Cuma Jadi Pasar E-Commerce Asing Aja

Industri Teknologi Internet Lokal Memble

Kamis, 24 November 2016, 08:32 WIB
Jika Dibiarkan, RI Cuma Jadi Pasar E-Commerce Asing Aja
Foto/Net
rmol news logo Ketua Umum Asosisasi Pe­nyelenggara Jasa Internet In­donesia (APJII) Jamalul Izza mengatakan, besarnya potensi internet di Indonesia saat ini memang sebagian sudah di­manfaatkan pemain lokal, tapi jumlahnya tidak besar. Pemain asing masih mendominasi.

Menurut dia, saat ini ada dua peluang model bisnis internet yang cepat berkembang. Per­tama bisnis belanja online (e-commerce) dan bisnis teknologi internet. Kedua bisnis ini bisa menggurita karena Indonesia merupakan rumah bagi 137 juta pengguna internet.

"Saat ini pelaku industri teknologi lokal belum meng­garap dua pasar potensial secara maksimal. Maka kedua model bisnis itu dimanfaatkan pihak asing," katanya, kemarin.

Dengan masuknya perusahaan e-commerce terbesar asal China, Alibaba ke Indonesia sudah menjadi cukup bukti bahwa in­dustri e-commerce telah diman­faatkan oleh pihak asing. Selain itu, netizen Indonesia masih menggunakan fasilitas email milik perusahaan asing.

Kondisi ini membuktikan indus­tri teknologi internet lokal masih kalah jauh dari asing. Dan, ini menunjukkan Indonesia hanya se­bagai negara pengguna. "Sampai sekarang kita juga belum memiliki browser lokal," kata dia.

General Manager Strategy and Communication Elevenia Bayu Setiaji Tjahjono mengata­kan, ada banyak yang membuat industri internet, khususnya e-commerce lokal belum berkem­bang. Salah satunya, adalah masalah logistik.

"Logistik masih menjadi prob­lem klasik. Kita membutuhkan biaya lebih untuk mengirimkan barang ke luar Jabodetabek. Pada­hal, pasarnya bagus," ujarnya.

Menurutnya, pemain asing sangat aktif dalam memanfaat­kan para pengguna internet di Indonesia untuk menjual barang-barangnya. Kendati begitu, dia optimis, pemain lokal masih bisa memenangkan persaingan. "Kami paham betul seperti apa pasar lokal, dibandingkan pe­main dari luar," klaimnya.

Direktur Jenderal Aplika­si Informatika Kemenetrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Samuel Abri­jani Pangerapan mengatakan, rata-rata pertambahan pengguna internet mencapai 1,3 persen per tahunnya. "Pertumbuhan di Indonesia mulai kecang terjadi pada 2013," kata Samuel.

Pada tahun tersebut ada peng­guna internet sebanyak 74,6 juta, lalu bertambah menjadi 83,6 juta pada 2014, 93,4 juta pada 2015, dan 102,8 juta di 2016. "Tahun ini, diperkirakan pengguna internet akan mencapai 132,7 juta jiwa dari total populasi penduduk Indonesia sebanyak 256,2 juta," kata dia.

Target Ketinggian


Samuel mengatakan, dengan target pengguna aktif internet tahun ini mencapai angka 132,7 juta, pemerintah optimis tar­get transaksi e-commerce bisa mencapai 130 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.759 triliun. "Kita juga bisa membuat pasar e-commerce memenuhi target yang ditetapkan," katanya.

Keyakinan itu juga berlan­dasan pada target pemerintah pada 2020, sekitar 75 persen orang dewasa di Indonesia masuk dalam sistem keuangan atau perbankan. Tentu ini akan menjadi peluang untuk mening­katkan transaksi digital.

"Sekarang ini kan masih 36 pers­en masyarakat Indonesia masuk dalam sistem perbankan. Tapi nanti ketika 75 persen, artinya peluang akan membesar," jelas dia.

Namun, perusahaan riset In­ternational Data Corporation (IDC) Indonesia menilai target tersebut terlalu ambisius. Pasal­nya, akses internet dan pengem­bangan infrastruktur yang belum merata serta perbedaan definisi e-commerce itu sendiri.

Country Manager IDC Indone­sia Sudev Bangah mengatakan, hingga kini definisi pasar e-com­merce di Indonesia masih buram. Sebab, definisi pemerintah men­genai e-commerce berbeda den­gan definisi sebenarnya.

"Kolaborasi dari setiap stake­holder, terutama pemerintah dan pemain e-commerce mesti ditingkatkan untuk ekosistem bisnis yang berkelanjutan," tu­kas dia.***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA