Kepala Badan Pusat StatisÂtik (BPS), Kecuk Suhariyanto mengungkapkan, sepanjang Januari-Oktober 2016 total nilai ekspor Indonesia sebesar 117,09 miliar dolar AS, dan ekspor non-migas mencapai 106,37 miliar dolar AS.
"AS merupakan pangsa pasar ekspor non-migas terbesar bagi Indonesia. Realisasi nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai 12,89 miliar dolar AS dengan pangsa pasar 12,12 persen. Mudah- mudahan dengan pergantian presiden, tidak akan berpengaruh ke perdagangan Indonesia dan AS," kata Kecuk agak waswas kepada wartawan di Jakarta, kemarin.
Dengan nilai tersebut AS menduduki posisi pertama seÂbagai negara tujuan ekspor terbesar Indonesia. Kemudian diikuti Jepang di peringkat kedua dengan nilai ekspor Indonesia 10,67 miliar dolar AS. Dan, di peringkat ketiga China dengan nilai 11,39 miliar dolar AS.
Menurut Kecuk, Indonesia mencatatkan surplus berbisnis dengan AS. Pada bulan Oktober surplus senilai 652,9 juta dolar AS. Total akumulasi surplus dari periode Januari-Oktober 2016 sebesar 6,94 miliar dolar AS. Surplus neraca dagang Indonesia-AS tersebut secara kuÂmulatif lebih besar dari realisasi periode yang sama sebelumnya senilai 6,63 miliar dolar AS.
Deputi Bidang Statistik DistriÂbusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo optimistis hubungan dagang Indonesia dan AS tidak terganggu pasca Donald Trump memenangkan pemilihan presiÂden (pilpres) AS. Menurut Sasito, meskipun Trump menunjukÂkan diri sangat nasionalis, tapi ada yang tidak bisa dipungkiri bahwa Trump adalah seorang pengusaha.
"Saya yakin Trump akan memperhatikan kepentingan bisnis antar negara. Dia juga suÂdah sampaikan hubungan antar negara akan saling menghargai dan adil," katanya.
Sasmito menilai, peluang Indonesia meningkatkan ekspor ke AS masih terbuka lebar. Pelaku usaha masih bisa masuk ke pasar Amerika dengan meÂnawarkan produk unggulan seperti karet, alas kaki, peralatan hasil industri rumah tangga, inÂdustri mekanik, dan lainnya.
Seperti diketahui, dalam kamÂpanyenya, Trump menyampaikan akan mengurangi impor untuk melindungi dan mendorong perÂtumbuhan industri di negaranya, terutama impor dari China. KeÂbijakan tersebut mendapatkan protes dari banyak pelaku pasar karena kebijakan proteksi dinilai akan memperburuk perlambatan ekonomi dunia.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih lembong pede investasi sektor rill tidak terÂganggu Donald Trump efek.
"Sentimen negatif di pasar keuangan nggak akan pengaruhi iklim investasi," kata LemÂbong.
Oleh karena itu, Lembong menuturkan, pihaknya tidak merevisi target investasi hingga akhir tahun ini yang ditetapÂkan sebesar Rp 594,8 triliun. Menurutnya, goncangan perÂekonomian, baik akibat Brexit ataupun hasil pilpres Amerika Serikat, masih dapat dicarikan solusinya.
Lembong mengimbau kepada seluruh pelaku ekonomi, untuk membujuk investor menggelonÂtorkan modalnya di Indonesia. Dia meyakinkan perekonomian Indonesia saat ini dalam kondisi stabil.
Selain itu. Lembong mengaÂjak pemerintah daerah (Pemda) untuk mendukung realisasi inÂvestasi di Indonesia. Pasalnya, realisasi investasi di Indonesia masih belum merata antara barat dan timur.
Neraca Perdagangan Oktober Naik Tipis BPS mencatat surplus neÂraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2016 sebesar 1,21 miliar dolar AS. Jumlah ini turun sedikit dari realisasi neraca dagang bulan sebelumnya 1,22 miliar dolar AS. Secara kumuÂlatif, nilai Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) Januari-Oktober 2016 mengalami surplus sebesar 6,92 miliar dolar AS.
"Ekspor Indonesia pada Oktober sebesar 12,68 miliar dolar AS. Sedangkan Impor 11,47 miliar Dolar AS," ungkap Kepala BPS Kecuk Suhariyanto.
Dia menyebutkan nilai ekspor Oktober tersebut meningkat 0,88 persen dibandingkan denÂgan bulan sebelumnya sebesar 12,56 miliar dolar AS. KemuÂdian impor Oktober, menurut Kecuk, naik sebesar 1,55 persen bila dibandingkan bulan sebeÂlumnya sebesar 11, 92 miliar dolar AS. ***
BERITA TERKAIT: