Pertamina Oh Pertamina, dari Dulu Sampai Kini Ngaku Merugi Terus...

Senin, 21 September 2015, 08:36 WIB
Pertamina Oh Pertamina, dari Dulu Sampai Kini Ngaku Merugi Terus...
ilustrasi/net
rmol news logo Publik media sosial menaruh curiga terhadap Pertamina yang mengaku masih rugi meskipun harga minyak dunia terus mengalami penurunan. Tweeps khawatir ada yang tak beres dalam manajemen perusahaan Pertamina.
 
Warga di media sosial gaduh mendengar manajemen Pertamina kembali mengungkapkan perseroan mengalami kerugian hingga belasan triliun. Tweeps heran, perusahaan minyak yang diberi hak istimewa oleh pemerintah kok bisa selalu rugi.

Akun @rustan bingung men­dengar Pertamina saat ini masih mengaku terus mengalami kerugian. Menurutnya, aneh kalau di saat kon­disi sekarang Pertamina mengaku mengalami kerugian besar.

"Aneh ini Pertamina, minyak dunia turun, BBM tetap dinaikkan eh dia ngakunya rugi besar. Wah ada apa ini di Pertamina?" tanyanya.

Akun @buruhrasi geleng-geleng kepala mendengar manajemen Pertamina membeberkan bahwa peru­sahaan masih mengalami kerugian hingga belasan triliun.

"Bisnis yang memonopoli kok bisa merugi, ckckck hebat," sindirnya.

Akun @next curiga ada salah manajemen di Pertamina. Sebab, pe­rusahaan pelat merah tersebut tidak pernah mengaku untung, meskipun sudah mendapat kemudahan bisnis dari pemerintah.

"Dari dulu nggak pernah dengar Pertamina untung. Banyak permain­an ini sepertinya," kicaunya.

Akun @eby menilai, perusahaan Pertamina sudah salah urus. Menurutnya, banyak kejanggalan di perusahaan yang mengurusi masalah minyak dan gas tersebut.

"Pertamina Oh Pertamina, ngaku­nya rugi. Tapi gaji karyawan gede-gede," herannya.

Akun @darioL menilai, Pertamina perusahaan yang aneh bin ajaib. Sebab, kalau sedang merugi rakyat yang dibebani oleh kerugiannya. "Pertamina kalau begini buat apa lagi diberikan monopoli?" cuitnya.

Akun @wongkito mengatakan, kalau di perusahaan besar yang sehat, direksi yang menyebabkan keru­gian perusahaan langsung di depak atau mengundurkan diri. Sedangkan, di Pertamina tidak.

"Inilah masalah BUMN, mau kerja performa atau tidak nggak peduli pemerintah. Ini harus dibe­nahi," kicaunya.

Akun @mbah mengatakan, enak sekali direksi Pertamina kalau tidak mempertanggungjawaban kinerjan­ya yang menyebabkan perusahaan merugi.

"Budaya begini harus diubah oleh pemilik kebijakan," katanya.

Akun @justrice mengusulkan, aparat penegak hukum dan keuangan mengaudit manajemen PT Pertamina.

"Segera audit supaya nggak ban­yak alasan terus," usulnya.

Akun @mimi bilang, kalau harga minyak mentah naik dikit Pertamina langsung menaikkan harga BBM, tapi kalau minyak mentah terjun bebas direksi Pertamina ngeles.

"Aneh kalau rugi kok nggak ada pegawainya yang kena PHK," katanya.

Akun @maxmilan menilai, ada yang tak beres dengan Pertamina. Menurutnya, aparat harus menindak tegas orang Pertamina yang melaku­kan kelalaian sehingga membuat Pertamina rugi.

"Bisnis kok rugi terus. Jangan dibebani ke rakyat dong," kicau­nya.

Berbeda, akun @maulana mem­bela habis-habisan Pertamina. Menurutnya, Pertamina selama ini tidak pernah mengambil untung besar dari penjual BBM.

"Harga minyak mentah turun, harga BBM gak bisa langsung turun juga. Pesan minyak itu butuh penye­suaian 3 bulan," belanya.

Akun @cikem05 menilai, wajar Pertamina mengalami kerugian. Soalnya, Pertamina saat ini hany­alah perusahaan importir minyak mentah.

"Kita tidak punya banyak stok minyak mentah, wajar Pertamina rugi, karena impor minyak mentah dengan harga mahal, dan menjual kembali dengan harga murah," belanya.

PT Pertamina (Persero) mengaku masih merugi meski harga minyak dunia terus mengalami tren penu­runan. Bahkan, pernyataan terbaru dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Migas itu menyebutkan angka kerugiannya mencapai Rp 15,2 triliun.

"Untuk diketahui dulu sejak 2015 awal sudah disebutkan oleh pemerintah juga oleh Pak Menteri ESDM (Sudirman Said), bahwa untuk jual premiun sampai rugi Rp 12 triliun, sampai hari ini Rp 15,2 triliun," ujar Coorporate Secretary Wisnuntoro dalam acara diskusi energi di Jakarta, kemarin.

Dia menjelaskan, kerugian terse­but disebabkan harga jual premium yang tak sesuai harga perekonomian. Menurut Wisnuntoro, harga pereko­nomian bahan bakar minyak dengan RON 88 adalah Rp 7.700 hingga 7.800 per liter, bukan Rp 7.400 per liter seperti yang jual Pertamina saat ini.

Selain itu, Pertamina juga menye­but melorotnya nilai tukar rupiah menjadi salah satu penyebab mem­bengkaknya kerugian Pertamina. Dengan evaluasi harga premium 6 bulan sekali, Wisnuntoro mendu­kung skema dana stabilitas BBM yang memungkinkan harga BBM tak diturunkan saat harga minyak dunia turun.

Pemerintah mengatakan, dengan skema itu akan ada uang lebih berkat penjualan harga Premium. Nantinya uang itu akan digunakan pemerintah untuk menjaga harga BBM saat harga minyak dunia naik.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mendapatkan lapo­ran bahwa Pertamina rugi hingga Rp 12 triliun pada Juli 2015.

Karena kerugian yang diderita Pertamina, pemerintah tak akan serta merta menurunkan harga BBM, meski harga dunia terus merosot saat ini. Keputusan tersebut merupakan cara memberikan kompensasi ke­pada Pertamina menutup kerugian tersebut. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA