Proyek itu seperti diketahui, dikatakan menyasar kelas premium yang berjumlah 74 persen perusahaan di Singapura. Mayoritas dari mereka telah terlayani dan menaruh kepercayaan terhadap player pusat data terbesar yang sudah existing di Singapore seperti 1-Net Singapore Pte.Ltd, Ascenic, Digital Realty, Equinix, Fujitsu, Global Switch, dan lain-lain daripada Telin.
"Segmen 74 persen pasar premium ini hanya akal-akalan Singtel dan menteri BUMN sebagai proyek tukar guling
e-Government untuk kooptasi kepentingan nasional," tegas Gigih Guntoro ST selaku direktur Indonesia Club dalam keterangannya di Jakarta, Senin (29/6).
Faktanya, Gigih memaparkan, pertumbuhan pasar Data Center di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat mencapai 38 persen per tahun yang diikuti India dan China. Sedang Australia, Hongkong dan Singapura hampir mencapai titik kenormalan sekitar 1,7 persen per tahun.
Melihat potensi pasar yang besar, ia optimistis Indonesia saat ini dan ke depan akan menjadi kiblat pasar IT. Tentunya pembangunan pusat data dunia yang menjanjikan bagi investor asing dibandingkan dengan Singapura yang pertumbuhan pusat datanya mengalami stagnansi.
"Tujuan nasional tidak jalan jika menteri BUMN dan Telkom tetap bersikukuh memberi karpet merah pada Singtel untuk paksakan proyek
e-Government dan pembangunan pusat data Telin 3 di Jurong," kata Gigih, menekankan
.[wid]
BERITA TERKAIT: