"Operasi pasar telah dilakukan oleh Badan Urusan logistik (Bulog), namun belum dapat secara efektif melakukan intervensi terhadap pasar karena tidak merata dan masif," kata anggota DPR RI Komisi IV, Rofi Munawar melalui siaran persnya di Jakarta, Senin (23/2).
Kenaikan harga beras hampir terjadi di seluruh sentra pangan dan pusat distribusi beras. Rofi memaparkan, dari pantauannya di Subang, Jawa Barat, dalam sepekan terakhir, harga jenis beras medium dan premium, mengalami kenaikan rata-rata 10-30 persen. Sementara itu Pasar Induk Cipinang, Jakarta, terpantau harga-harga beras mengalami kenaikan cukup signifikan. Rata-rata kenaikan mencapai 30 persen.
Seperti beras jenis IR 4 yang paling murah saat ini dijual dengan harga Rp 10 ribu per kilogram, padahal normalnya Rp 8.500 per kg. Kemudian disusul IR 3 dengan kualitas medium, naik dari Rp 9 ribu per kg menjadi Rp 10.600 per kg. Selain itu beras jenis IR 2 juga naik dari Rp 9.500 per kg menjadi Rp 11 ribu per kg dan beras jenis IR I naik dari Rp 10 ribu per kg menjadi Rp 12 ribu per kg.
Menurut dia, kenaikan yang terjadi hari ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor non produksi seperti dampak bawaan fluktuasi kenaikan harga BBM, yang berpengaruh kepada ongkos giling gabah menjadi padi dari Rp 600/kg menjadi Rp 800/kg. Bersamaan dengan itu juga upah buruh tani naik, dari yang semula Rp 50 ribu per setengah hari menjadi Rp 60 ribu/setengah hari.
"Kemudian, ongkos transportasi, dan logistik yang naik," Jelas rofi.
Legislator asal dapil Jawa Timur ini menambahkan, sebenarnya situasi ini dapat dihindari jika peran Bulog dapat dimaksimalkan secara optimal sebagai stabilisator harga beras dan meningkatkan daya serapan padi di masa panen raya. Karena, di saat seperti ini selain perlunya operasi pasar sebagai instrumen dalam pengendalian harga dan ketersediaan beras, Bulog juga perlu secara kreatif memiliki kemampuan untuk melakukan intervensi terhadap pasar dan mengefisienkan jalur-jalur distribusi yang hanya terkonsentrasi pada pihak tertentu.
"Jika memang betul adanya polarisasi distribusi yang tidak sehat sehingga menyebabkan potensi terjadinya mafia beras, pemerintah harus tegas dan serius menindak pelakunya di level manapun," tegas Rofi.
Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menuding adanya mafia beras di balik lonjakan harga beras saat ini. Pasalnya, kata Gobel, sejak Desember 2014 hingga Januari 2015, Bulog sudah menggelar Operasi Pasar dengan menggelontorkan 75 ribu ton beras kepada pengelola Pasar Cipinang, PT Food Station, dengan harga gudang Rp 6.800.
[wid]
BERITA TERKAIT: