Sayangnya, perdagangan eskpor dua komoditas andalan petani Indonesia ini masih berupa bahan baku. Presentasi ekspor bahan jadi masih tergolong sedikit, yaitu sekitar 25 persen dari total produksi nasional, sehingga nilai perdagangan dan nilai ekonomi bagi petni belum maksimal.
Demikian disampaikan Ketua Umum Asosiasi Pemerinth Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) Israan Noor saat membuka Festival Kampung Kopi dan Coklat di Senayan, Jakarta, Minggu (6/12)
"Pengelolaan perkebunan kopi dan kakao juga minim sentuhan modernisasi, sehingga produktifitas fluktuatif setiap tahunnya. 70 persen daerah di Indonesia berpeluang besar mengembangkan tanaman kopi dan kakao."
Atas dasar ini APKASI bersama kabupaten seluruh Indonesia menggagas Festival Kampung Kopi dan Coklat untuk membangun kepercayaan diri dari dua komoditas tersebut sekaligus meningnkatkan investasi bidang perkebunan lebih modern dan pengolahan menjadi bahan siap ekspor yang berkualitas. Selain itu ajang sosialisasi kopi-kopi daerah semakin mendapat tempat.
"Kakao Indonesia juga sangat potensial dikembangkan, coklat-coklat premium impor yang selama ini didapatkan di supermarket, tidak edikit bahan bakunya dari Indonesia. Makanya kita harus barengi dengan kesejahteraan para petani biar hasil tani kopi dan cokelat mereka lebih bernilai," kata Isran.
Selain itu, Festival Kampung Kopi dan Coklat ini juga guna merespon pasar bebas masyarakat ekonomi ASEAN yang akan diberlakukan tahun 2015. Kabupaten-kabupaten di daerah harus pro aktif kembangakan potensi daerah dan peran ekonomi lokal. Sebelumnya APKASI juga menggelar Festival Pangan Sagu Nasional.
"Tugas kepala daerah untuk ciptakan peluang bisnis dan investasi bagi daerah terutama kopi dan kako, agar masayarakat lebih mengenal dan tingkatkan konsumsi," demikian Isran.
[zul]
BERITA TERKAIT: